Daisypath Anniversary tickers

Monday, January 31, 2005

Lautan Kesabaran

Setiap orang pasti pernah mengalamai masalah dalam kehidupan yang dijalani nya. Entah itu masalah yang kecil sampai masalah besar yang menguras energi dan kegembiraan hatinya.

Tapi, tidak ada masalah di dunia ini yang tidak ada solusinya, dan tidak ada masalah yang lebih besar dari kemampuan kita untuk mengatasinya. Semua ini hanyalah masalah waktu dan ketidaktahuan kita, karena jawaban atas semua masalah di dunia ini sebenarnya sudah ada. Baik itu tersampaikan melalui orang lain, atau melalui tulisan yang kita baca di buku - buku, ataupun melalui pengalaman - pengalaman yang pernah kita lalui dalam kehidupan kita. Jawaban dari permasalahan itulah yang harus kita temukan melalui proses belajar yang terus menerus sepanjang hidup kita.

Allah tidak akan membebani seseorang melebihi kemampuannya.

Dalam menghadapi masalah pandanglah ke dalam, ke dalam diri kita sendiri. Jadikan masalah yang kita hadapi sebagai saranan untuk introspeksi semua usaha dan ketawakalan kita selama ini.

Pandanglah keluar, bukan hanya kita sendiri yang menghadapi masalah dalam menjalani kehidupan. Setiap orang pun pasti mengalaminya. Karena itu merupakan bagian dari hidup dan proses pendewasaan dan perubahan menuju kondisi yang lebih baik.

Pandanglah ke bawah, banyak sekali orang yang dihadapkan kepada masalah yang jauh lebih berat dari masalah yang kita hadapi. Sebagian dari mereka bersabar melihat bukti dari janji Rabb-nya bagi orang - orang yang bersabar. Sebagian lagi hanya menyerah pasrah pada ketidakmampuan dan ketidakmauan diri sehingga mereka justru terperosok ke jurang yang lebih dalam.

Pandanglah ke depan, bahwa perjalanan hidup kita masih panjang. Masih banyak hal yang harus dilakukan. Dan selalu ada harapan bagi orang - orang yang mau bangkit menyongsong hari esok yang lebih baik.

Pandanglah ke atas, perkuatlah keyakinan kita bahwa ketika kita menyerahkan segala urusan kita pada-Nya, maka kita telah bersandar pada sebuah kekuatan yang maha dahsyat yang mampu menjadikan apapun bahkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi sekalipun.

Apa yang sudah Allah tentukan untuk mu niscaya akan mendatangimu walaupun seluruh penduduk bumi ini bersatu padu untuk mencegahnya. Dan apa yang tidak Allah tentukan untukmu tidak akan pernah menimpamu walaupun seluruh penduduk bumi mengusahakannya.

Wallahua'lam...

~ Special for Yentri : rasanya sudah lama sekali kita tidak punya kesempatan untuk berbagi. Bahkan icon smiley di window YM pun ternyata tidak memudahkan kita untuk saling memberi. Ana uhibbuki fillah ukhti. Semoga dilimpahkan kesabaran oleh -Nya ~

Nasyid

Kehidupan bagaikan roda
Seribu zaman terus berputar
Namun satu tak akan pudar
Cahaya Allah tetap membahana

Majulah sahabat mulia
Berpisah bukan akhir segalanya
Lepas jiwa terbang, mengangkasa
Cita kita tetap satu jua..
Cita kita tetap satu jua..

Debu - debu dan darah suci
Saksi nan tak terbantahkan lagi
Gunung lembah, hutan dan samudra
Untuk Allah di atas segalanya

Bidadari nan bermata jeli
Menyongsong dengan wajah berseri
Sahabat, kami rela kau pergi
Jihad ini kan terus bersemi

Jalan ini tak kan pernah henti ....

~ Izzatul Islam ~
Saya lupa judul nasyid ini apa :)

Wednesday, January 26, 2005

Bloggers

Terhitung 2 bulan 2 hari semenjak blog ini dimuat. Ada kurang lebih 24 tulisan yang sudah "diproduksi" di blog ini, artinya kurang lebih dalam satu hari ada satu tulisan yang dimuat. Blog satu - satunya yang saya punya dan memang cara yang cukup efektif buat saya untuk mencurahkan kondisi emosional, lintasan - lintasan pemikiran, atau hikmah - hikmah yang layak untuk dipublikasikan. Dan sarana da'wah juga tentunya.

Tapi fenomena bloggers ini memang cukup menarik. Banyak sisi - sisi seseorang yang dapat kita ketahui dari tulisan - tulisannya. Kita juga bisa membaca kondisi emosional bahkan kondisi spiritual seseorang yang tercermin dalam tulisannya. Dan juga melihat kecenderungan - kecenderungan secara umum. Misalnya kecenderungan bahwa blog seorang perempuan biasanya didominasi oleh "curahan - curahan" hati nya atau hikmah - hikmah kejadian keseharian yang dialaminya. Dan blog para lelaki biasanya berisi muatan - muatan arus pemikiran dan kental dengan idealisme yang dipegangnya.

Apapun itu, yang jelas "kebiasaan baru" ini bukan hanya sekedar hobi atau iseng - iseng berhadiah buat saya dan saya yakin bukan juga buat saudara - saudara sesama muslim yang lain. Karena kita dibina dengan prinsip bahwa apapun yang kita lakukan dalam hidup ini harus ada nilai manfaatnya, tidak hanya bagi diri kita pribadi tapi juga manfaat secara sosial. Begitu juga dengan fenomena bloggers ini, secara pribadi memang banyak penelitian sudah membukti kan bahwa menulis itu secara fisik dan psikologis memang menyehatkan. Tapi tulisan - tulisan di blog ini juga tetap harus punya nilai manfaat secara sosial. Antara lain sarana untuk berda'wah tadi.

Dan salah seorang penulis pernah mengatakan bahwa kata - kata yang baik adalah mata air bagi kehidupan. Apapun yang saya tuliskan disini, semoga juga merupakan upaya untuk berbagi dengan yang lain. Karena kedermawanan tidak hanya diekspresikan dengan berbagi materi tapi juga berbagi kekayaan jiwa yang kita miliki.

Dulu saya merasa kurang nyaman jika banyak orang yang berkunjung ke blog ini dan membaca tulisan - tulisan "pribadi" di dalamnya. Tapi sekarang saya berharap agar orang - orang berdatangan ke blog ini, memetik hikmah yang bisa mereka dapatkan, meluaskan cakrawala pemahaman mereka dengan tulisan - tulisan di sini. Walaupun memang masih terlalu banyak kekurangan, tapi semoga Allah membantu saya untuk menyempurnakan kedermawanan dalam berbagi, dan semoga Allah menjaga saya dari perasaan - perasaan unggul, superior, atau sombong karena merasa telah berbagi.

Wallahua'lam bish shawab

~ Terhitung 63 hari semenjak pembuatan blog ini ~

Sekuntum Edelweis Utk Aktivis Da'wah

"Aku ingin mundur dari wasilah dakwah ini, aku sudah tidak kuat lagi menunaikan amanah yang semakin menyesakkan dadaku, aku sudah tidak kuatlagi menelan kekecewaan demi kekecewaan, batas kesabaranku telah habis “,kalimat itulah yang terlontar dari lisan salah seorang saudaraku yangbiasanya terlihat tegar dan selalu mempersembahkan senyumnya setiap kalibersua denganku, tapi pagi itu seolah kesedihannya telah menghapus semualukisan senyum di wajahnya, seakan keputus asaan telah menyedot seluruhsemangat dan harapannya.

Untuk sejenak aku termenung, udara dingin yang sedari tadi membekap tubuhtak kurasa lagi. Ah....masih belum begitu lama, aku pun pernah berada padaposisi yang sama layaknya yang dialami saudaraku ini, saat itu pun begituputus pengharapanku hingga aku pun benar-benar sudah tidak kuat lagimenanggung amanah ini dan serperti dia aku pun ingin mengakhirinya dengancara keluar dari aktivitas ini. Aku melihat masalah yang dia hadapi punsepertinya sama denganku, kepingan – kepingan kekecewaan dan keletihanyang akhirnya menjadi puzzle raksasa bergambar kata Putus Asa.

Kelelahan adalah sebuah efek yang wajar dari aktivitas yang berulangulang, kontinu bahkan terkadang membosankankan. Keletihan adalah kenikmatan yang diberikan-Nya di sela-sela aktivitas kita karenakedatangannya membuat kita merasakan nikmatnya beristirahat, kedatangannyamembuat kita memperoleh kesempatan untuk menarik nafas panjang sebelumkita kembali berlaga, namun adalah keletihan yang meraja yang akanmembekap bara semangat, azam dan harapan, meredupkannya dan diam-diammemadamkannya.

Oleh karenanya ketika kita bermain-main dengan keletihan, maka seyogyanyakita menjaga agar keletihan itu tidak menjadi penjara untuk perjalanankita selanjutnya dan pada saat yang sama hendaknya kita selalu sadar akankeberadaann cawan-cawan yang berisi cairan energi yang senantiasadihidangkan untuk kita. Sumber kekuatan yang akan membuat kita untuk tidakbetah berkubang dalam lembah kefuturan, energi itu yakni keikhlasan danindahnya ukhuwah.Ketika kekecewaan dan keletihan bersemayam di dada maka menyadari kembalibahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah usaha dan pengharapan besar kitauntuk menggapai rahmat dan ridho Alloh SWT, akan mengembalikan kekuatanuntuk bangkit.

Keikhlasan adalah tidak berbesar kepala saat pujianmengguyur , begitu pun tidak berputus asa bilamana cercaan menghujam danmenghimpit, adalah keikhlasan tidak bergantung pada makhluk yang biasanyamenjadi sumber kefuturan.Sebuah keikhlasan tidak mengenal kata lelah karena segala keluh kesahsenantiasa dititipkan pada angin yang membumbungkan doa dalam sujud-sujudpanjang kita.dan DIA senantiasa menyediakan “telinga-Nya” untuk kita.

Saat tubuh tidak lagi tegak, saat kaki mulai lemah, saat lisan mulai keluhuntuk menyuarakan kebenaran, maka pada saat yang sama ada saudara kitayang memapah, saudara yang akan menopang kaki yang telah rapuh, danmenggantikan kita untuk bersuara lebih lantang. Senyumnya bagai oase dalamkegersangan jiwa kita, perhatiannya adalah penentram kegundahan kita,tausyiahnya adalah semangat baru yang disematkan pada diri ini.Karena dialah kita yakin bahwa kita tidak sendirian.

Andaikan saja kitalayaknya sekuntum bunga edelweis yang terus mekar dalam kegersangan,terus mempersembahkan senyum dalam kesederhanaan dan kebersahajaannya,semangat abadi hidupnya dalam keterhimpitan. Ya... seperti halnya edelweis, tekad untuk memberikan sesuatu bagi kemaslahatan umat adalah ruh hidup itu sendiri sehingga ketika kita ingin keluar dari aktivitas yangmenjadi media untuk tumbuh dan hidupnya ruh itu maka kita telah menyiapkanprosesi HARAKIRI untuk jiwa ini.

Teruntuk saudara-saudaraku dalam sisa-sisa keletihannya ...Keep Istiqomah di Jalan Dakwah CintaNya..!!

~ Diambil dari millis Pilar Bangsa ~

Sunday, January 23, 2005

Kontemplasi

Things don't always turn out the way we want it to be .....
Banyak sekali contoh yang menguatkan pernyataan di atas. Karena memang banyak hal dalam hidup ini yang "tidak sejalan" dengan keinginan kita. Rasanya tulisan senada dengan ini sudah di tulis berkali - kali. Tapi, tetap saja masih banyak yang harus diceritakan.

Things don't always turn out the way we want it to be....
Seorang penulis buku pernah menuliskan bahwa ketika rencana - rencana atau impian dan cita - cita kita tidak sejalan dengan apa yang ada di hadapan mata, maka saat - saat seperti itulah saatnya kita berdamai dengan takdir.

Melapangkan hati kita seluas samudra untuk menerima bahwa mungkin yang kita inginkatn memang bukan yang terbaik untuk kita. Atau mungkin cita-cita ini belum saatnya untuk diwujudkan. Allah masih menyimpannya untuk saat yang paling tepat. Atau mungkin ada jalan lain yang sudah Allah tentukan yang akan membawa kita ke kondisi yang lebih baik. Atau mungkin....mungkin......dan mungkin.......

Seribu satu alasan bermain - main di benak kita. Seribu satu alasan untuk tetap berbaik sangka kepada Yang Maha Kuasa. Seribu satu alasan yang akan membantu kita melusakan hati kita bahkan menjadi lebih luas dari sebuah samudra. Seribu satu alasan yang akan membantu kita untuk memelihara wilayah kegembiraan di hati kita. Seribu satu alasan yang akan membuat kita tetap bersyukur terhadap apapun kondisi yang ada.


لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." [2;286]

Tuesday, January 18, 2005

Little Things Mean A Lot

Litlle things mean a lot...
Kadang-kadang sesuatu yang kita pikir kecil tapi sebenarnya berharga bagi yang lain dan begitu pula sebaliknya...
Kadang-kadang sesuatu yang menurut kita membuat hati kita terluka, tapi karena saudara kita tidak ada pengetahuan didalamnya maka dia tak sengaja melakukannya...
ataupun sesuatu yang kita anggap tidak sesuai dengan apa yang kita mau tapi menurut Allah itu akan sangat berarti bagi kita...
Ilmu kita hanya terbatas...
Hati kitapun tertentu tak seluas ma'af Allah dan Rasulullah...
maka cobalah cari di relung-relung hati terdalam untuk mencoba melihat sisi baik dari apapun itu... dan melihat bahwa kan ada sejuta hikmah dan untaian cinta Allah didalamnya...bagi mereka orang-orang yang beriman dan berserah diri hanya pada Allah...

Subhanallah…
Baris - baris di atas adalah untaian penyejuk hati yang muncul di tampilan window YM saya sore ini. Sejuuk sekali. Sesejuk udara di luar jendela kaca saya yang menampilkan tetesan - tetesan air hujan.

Memang, little things mean a lot. Dalam banyak sisi kehidupan kita, little things mean a lot. Kadang ada masalah - masalah kecil yang terjadi dalam kehidupan kita, yang mungkin sebenarnya memang tidak begitu penting, tapi ketika hati kita hanya seukuran luas permukaan air dalam sebuah gelas, maka hal itu serasa menjadi masalah yang sangat besar yang menganggu perasaan dan pikiran kita. Lain hal nya ketika luas permukaan itu seukuran lautan dan samudra.

Kadang ada gesekan - gesekan kecil yang mewarnai interaksi kita dengan orang - orang di sekeliling kita. Karena sifat, karakter dan pola pikir memang tidak mungkin selalu sama. Tapi, gesekan - gesekan itu seharusnya tidak memudarkan jalinan ukhuwah yang dibingkai ketaatan kepada Sang Maha pengikat hati.

Allahuma innaka ta'lamu anna hadzihil qulub... fa watsiqillahumma rabithotaha

Perpisahan

Perpisahan...
Sesuatu yang tidak akan bisa dilepaskan dari sebuah rangkaian pertemuan. Bahwa setiap pertemuan akan diakhiri dengan perpisahan. Mungkin terpisah oleh jarak, mungkin terpisah oleh ruang, dan mungkin juga dipisahkan oleh Allah, Yang maha kuasa dalam mempertemukan dan memisahkan.

Hari ini saya berpisah dengan salah seorang saudara saya. Beliau pindah ke Tanggerang sebagai wujud keta'atan kepada suami yang baru dinikahinya. Perpisahan ini membuat saya me - rewind kembali rangkaian pertemuan kami.

Saya bertemu beliau kurang lebih 5 tahun yang lalu. Kesan pertama ketika berekenalan... biasa saja. Benar - benar biasa saja. Tidak ada yang cukup istimewa yang saya lihat dari beliau. Tapi interaksi yang semakin intens membuka mata saya untuk melihat banyak kelebihan dalam diri beliau. Antara lain kegigihannya untuk terus memperbaiki diri sehingga berubah wujud menjadi sosok hamba yang dicintai-Nya.

Banyak hal dalam diri beliau yang sering membuat saya iri. Saya iri karena beliau seringkali terlihat lebih mesra dengan Kekasihnya. Saya iri karena beliau terlihat lebih sering berinteraksi dengan Sang Maha Pengasih dan Penyayang. Saya iri karena beliau dijaga-Nya sampai akhirnya dipertemukan-Nya dengan lelaki sholih yang akan menggiringnya untuk lebih mencintai Kekasihnya. Dan banyak hal lagi dari beliau yang membuat saya iri. Tapi anehnya rasa iri ini membuahkan kecintaan yang sangat dalam. Kecintaan yang tidak bisa saya gambarkan tapi semua orang yang mencinta karena Allah pasti pernah merasakan.

Cinta saya untuk beliau insya Allah akan tetap ada. Walaupun kini, ruang dan jarak akan membuat saya lebih sulit untuk mengekspresikannya.

Saya tau bahwa ikatan ukhuwah itu begitu kokoh dan akan kekal sepanjang masa. Saya tau bahwa kekokohan ikatannya insya Allah tidak akan pudar walau terpisah ruang dan jarak. Saya tau bahwa Allah akan selalu mengikatkan hati - hati orang yang mencintai-Nya. Saya tau bahwa dimana pun beliau berada, beliau insya Allah termasuk golongan orang - orang yang dinaungi-Nya.

tapi...
kenapa air mata ini tetap mengalir....
dan kenapa rindu ini begitu dalam hingga rasanya perpisahan terasa begitu berat...


Wednesday, January 12, 2005

Harus Jadi Orang Kaya

Hampir semua hal dalam hidup ini seperti dua sisi yang tergabung dalam sebuah mata uang. Ada sisi baik dan ada sisi buruk. Tergantung kepada bagaimana kita memandangnya.

Harta misalnya. Satu sisi dia memberikan banyak manfaat yang akan membuat kita beruntung tidak hanya di kehidupan ini tapi juga di kehidupan nanti. Tapi di sisi lain, dia dapat menjerumuskan kita ke dalam kubangan yang sangat dalam dan membuat kita terjebak di sana baik di kehidupan ini maupun di kehidupan nanti.

Keberdayaan dari segi materi memang merupakan asset besar bagi seseorang yang bercita - cita menjadi pahlawan di zamannya. Keberdayaan materi lah yang membuat seorang Abu Bakar mampu menginfakan seluruh harta nya demi menegakkan nilai - nilai yang diyakininya. Keberdayaan materi lah yang membuat Islam zaman Rasulullah jaya di atas kemakmuran dan kesejahteraan ummatnya. Dan banyak contoh lain yang menggambarkan bahwa harta ketika kita menempatkannya pada posisi yang seharusnya maka ia akan menjadi asset yang sangat berharga.

Dengan kata lain, kita harus jadi orang kaya .....

Tapi harta dan keberdayaan dari segi materi punya sisi mata uang yang lain. Yang mapu membuat orang bahkan kehilangan akal sehatnya. Menjual nuraninya. Menggadaikan harga dirinya. Dan menukar prinsip serta nilai - nilai yang diyakininya.

Sisi manakah dari harta yang akan jatuh ke tangan kita ? Kita lah yang menentukannya.

hari - hari menjelang "kepergian"

Konsekuensi Perubahan

Bahwa setiap orang di sekeliling kita berubah ... memang sunnatullah.
Bahwa setiap perubahan itu harus selalu ke arah yang lebih baik ... hanya orang - orang yang beruntung lah yang mampu melakukannya.

Dan memang terkadang perubahan yang terjadi kepada orang - orang di sekeliling kita bisa membuat kita "tidak mengenali" mereka lagi ketika perubahan itu membuat banyak hal yang ada pada diri mereka menjadi berbeda. Mungkin itu konsekuensi dari perubahan.

Tapi...
Apakah seseorang yang sebelumnya terasa begitu dekat kemudian tiba - tiba menjadi sangat jauh juga merupakan konsekuensi dari perubahan ?
Apakah hubungan dekat karena persamaan cinta kepada Allah yang menyatukan yang kemudian menjadi interaksi yang hanya diwarnai oleh basa - basi juga merupakan konsekuensi dari perubahan ?

Allahumma innaka ta'lamu anna hadzihil qulub.... fawatsiqillahumma robbithotaha...

Monday, January 10, 2005

Selamat Memasuki Fase Hidup Baru

Adikku,
Bayangkanlah sebuah rumah, sebagai simbol dari rumah tangga yang akan dibangun nanti. Di dalamnya akan ada seorang ikhwan. Ikhwan yang mungkin tidak seperti Rasulullah dalam kelembutan dan kearifan dalam mendidik istri. Ikhwan yang mungkin tidak setulus Abu Bakar dalam berkorban demi da'wah. Ikhwan yang mungkin tidak setangguh Umar bin Khattab dalam menjadi tameng bagi tegaknya panji - panji Islam. Dia hanya seorang ikhwan yang berusaha untuk menunaikan tugas nya sebagai seorang khalifah di bumi.

Tapi..kekurangannya akan mengingatkan kita bahwa kita bukan lah Khadijah dalam kesetiaan mendampingi seorang mujahid. Kita bukanlah Aisyah dalam kepiawaian dan kecerdasan dalam da'wah. Kita juga hanya seorang muslimah lengkap dengan kelebihan dan kekurangan kita yang seluruhnya dipersembahkan sebagai keta'atan kepada Allah.

Jatuh cintalah dan selamat menjalani cinta. Karena cinta yang dibingkai dengan kecintaan kepada-Nya merupakan berkah yang tak ternilai harganya.
Tapi juga jangan terlena dengan cinta. Karena cinta itu memiliki konsekuensi. Dia harus berbuah suatu kontribusi bagi tegaknya kalimat Allah. Karena dari cinta itu akan hadir batu bata - batu bata terbaik bagi bangunan da'wah.

Barokallahu laka wa baroka 'alaika wa jama'a baina kuma fii khair…

Syukurilah bahwa Allah telah menjaga kalian masing - masing hingga akhirnya dipertemukan dalam keridhoan - Nya. Tolong sampaikan kepada seorang ikhwan yang akan mendiami rumah itu nanti, bahwa kepadanyalah upi titipkan adik yang selama ini dan sampai kapan pun nanti akan selalu memiliki tempat di relung hati.

Selamat Menempuh Hidup Baru untuk Lia dan Nashrul
Teriring do'a dari upi.

Jalan-Nya ...

Setiap orang sudah ditentukan jalannya. Rezeki, jodoh, usia, semua sudah ada yang menentukannya. Dan tidak ada yang bisa merubah skenario Sang Penguasa semesta.

Hanya Dia yang paling tau mana jalan yang terbaik. Karena tabir - tabir yang membatasi kemampuan manusia membuat kita tidak diberkahi hak prerogatif untuk menilai mana yang terbaik untuk kita.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

[2:216] Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Setiap orang punya jalan nya masing - masing. Dan setiap orang hidup dengan mengikuti jalan-Nya yang sudah Dia tentukan. Khawatir, sedih, takut, marah, atau apapun ekspresi emosi kita tidak akan membuat segala seusuatu nya berjalan hanya selalu seiring dengan apa yang kita inginkan.

Hanya dengan percaya bahwa setiap orang sudah ada yang mentukan rezekinya dan bahwa sang penentu adalah yang maha tau akan semua yang terbaik untuk nya, hanya dengan itulah kita akan lebih lapang dalam menerima segala sesuatu nya.

Oleh - oleh pulang bareng dengan rela, Jum'at 7 Januari 2004. Jazakillah khair ya La..

Thursday, January 06, 2005

Teriring Do'a dan Syukur Utk Semua Yang Allah Berkahi Selama Ini [2]

10 bulan kurang satu hari...
Selama itulah saya sudah berada di sini. Bekerja di tempat ini. Dan sepertinya, tidak lama lagi saya harus pergi.

Bukan keputusan yang ringan memang. Karena entah kenapa rasanya berat sekali untuk pergi. Bukan cuma karena bayang - bayang ketidakpastian secara finansial, tapi juga karena ketakutan akan kondisi yang nanti akan dihadapi selepasnya dari sini.

Banyak hal yang memang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk pergi. Tapi sejauh ini, pergi dari sini adalah keputusan yang rasanya cukup menenangkan hati.

Walaupun keberadaan disini pernah beberapa kali membuahkan duka. Walaupun berada disini membuat saya sempat kehilangan banyak hal yang sangat berharga. Walaupun ada di sini membuat saya kadang - kadang tidak mengenali diri saya sendiri.

Tapi..

Saya tetap mencoba mensyukuri semua yang telah Allah berikan selama ini. Termasuk keberadaan saya di sini. Karena, somehow, someway, Allah merancang semua ini sebagai skenario yang terbaik untuk saya. Pun ketika saya harus pergi, saya berdo'a semoga semua itu tidak terlepas dari rencana Allah dalam menentukan sesuatu yang terbaik untuk saya.

Semoga Allah memberikan kekuatan hati untuk tetap berbaik sangka kepada-Nya. Dan memberikan kejernihan mata hati untuk melihat hikmah dibalik segala sesuatu yang telah dan akan terjadi.

Teriring do'a dan syukur untuk semua yang telah Allah berkahi selama ini.

Teriring Do'a dan Syukur Utk Semua Yang Allah Berkahi Selama Ini [1]

Ada banyak hal yang terjadi dalam hidup kita yang kadang di luar dari perkiraan kita atau terjadi tanpa kita pahami alasannya. Tapi, kita sebagai muslim dibina untuk selalu berbaik sangka bahwa tidak ada sesuatu yg terjadi begitu saja atau yang biasa orang sebut dengan "kebetulan". Karena segala sesuatu nya pasti ada yang mengatur. Dan sang Maha pengatur telah memperhitungkan dengan sangat cermat dan perhitungan yang tidak mungkin salah sehingga semua hal dalam hidup ini terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.

Tapi, kita selalu bisa melihat hikmah dibalik segala sesuatu...

Dulu ketika saya berjuang keras untuk menyelesaikan jenjang sarjana, ada banyak hal yang terjadi "di luar perhitungan" saya. Semula saya berharap untuk lulus bulan oktober, tapi Allah menakdirkan lain. Akhirnya kelulusan itu tertunda sampai bulan maret. Tapi, subhanallah, justru karena lulus di bulan maret, banyak hal yang terjadi yang pada akhirnya "merubah" jalan hidup saya.

3 Maret 2004. Hari pengambilan toga untuk calon wisudawan. Hari yang sama ketika saya bertemu dengan teman kuliah yang sebenarnya sudah lama sekali saya tidak pernah berhubungan lagi dengan beliau. Dan saat itu juga, tiba - tiba beliau meminta saya untuk menggantikan posisinya di sebuah lembaga penelitian, LPPM ITB. Subhanallah.

4 Maret 2004. Saya datang ke LPPM, dengan dandanan seadanya, dengan tanpa persiapan apapun karena merasa hari itu saya hanya datang mengunjungi teman saya tadi. Ternyata, tiba - tiba saya dipertemukan dengan pimpinan di sana. Kemudian di interview beberapa menit dan langsung di minta bekerja bahkan hari itu juga diajak berkeliling untuk berkenalan dengan yang lainnya. Masya Allah.

6 Maret 2004. Hari kelulusan. Hari ketika saya di wisuda. Dan saya lulus dengan menyandang status sebagai staf di sebuah lembaga penelitian. Status "sudah bekerja". Walaupun bukan status yang patut dibanggakan, tapi itu adalah sebuah status yang patut disyukuri. Mengingat banyak sekali teman - teman yang lulus dengan prestasi yang jauh lebih memuaskan dari saya, tapi mereka kesulitan untuk menata kehidupannya pasca lulus.

8 Maret 2004. Hari pertama bekerja. Hari ketika saya mulai mengenal kehidupan sebenarnya di luar kampus saya. Kehidupan yang ternyata mengandung permasalahan yang lebih kompleks, dan tantangan yang lebih berat. Hari itu saya mulai mengenal bagaimana pertarungan sebenarnya dalam mepertahankan sebuah ideologi, sebuah prinsip. Hari dimana saya mulai melihat dengan lebih jelas, kondisi kehidupan yang mungkin tidak pernah terbanyangkan sebelumnya. Hari dimana jalan kehidupan saya ...... berubah.

Dan semua rangkaian kejadian itu tidak terjadi begitu saja. Bukan karena kebetulan. Allah sudah dengan rapi merencanakannya. Mungkin kalau saya tidak bertemu dengan dosen pembimbing yang membuat saya menunda kelulusan saya, saya tidak akan bertemu dengan tanggal 3 maret yang "bersejarah". Mungkin kalau saya mengambil toga hari - hari sebelumnya, saya tidak akan bertemu dengan teman lama saya yang membawa saya ke "dunia kerja". Mungkin kalau teman saya tidak diterima di perusahaan lain, dia tidak akan menawarkan posisinya kepada saya dan saya tidak akan berada di sini sekarang. Dengan status saya yang sekarang.

Dalam perjalanan itu sebenarnya banyak hal yang saya tidak mengerti. Seperti kenapa dosen pembimbing saya rasanya "kurang adil", kenapa kelulusan saya tertunda, kenapa tiba - tiba saya ditawari pekerjaan, dan banyak hal lain yang menimbulkan tanda tanya. Tapi, memang Allah punya kuasa untuk menentukan segala sesuatunya. Dan memang tidak selamanya keterbatasan kita mampu menjangkau perhitungan - Nya. Yang jelas, ada banyak hikmah yang ada di balik setiap kejadian. Walaupun kadang tidak sejalannya rencana kita dan kemauan Allah membuahkan sedih dan kecewa, tapi pada akhirnya akan terbukti siapa yang paling tahu mana yang terbaik.

Teriring do'a dan syukur untuk semua yang Allah berkahi selama ini.

Wallahu'alam.

Tuesday, January 04, 2005

Biarkan Saja Orang Bertanya .....

Sekian banyak pertanyaan tentang kapan akan menikah, membuat saya banyak berpikir. Pun ketika melihat bahwa masih banyak muslimah2 lain di usia yang sudah sangat pantas untuk menikah, tapi memang belum dikaruniakan Allah seorang pendamping hidup.

Mereka tetap berkarya. Yah.. mereka tetap menjadi orang - orang "besar" di lingkungan aktivitasnya.

Hanya orang - orang kerdil yang sibuk mengurusi urusan dirinya sendiri. Kalaupun memang belum menikah, itu bukan alasan untuk tidak menjadi pahlawan besar. Saya dibina dengan sebuah prinsip bahwa hidup ini bukan untuk kita sendiri. Kita tidak punya cukup waktu untuk mengasihani, meratapi, dan sibuk mengurusi diri sendiri. Termasuk dalam urusan menikah.

Ada banyak peluang - peluang sejarah yang terbentang di hadapan mata kita, dan itu semua akan terlewat kan begitu saja jika kita tidak cukup lihai untuk menangkapnya. Kita akan berubah menjadi "biasa", ketika itu semua berlalu begitu saja tanpa peranan kita di dalamnya. Kita akan berubah menjadi... kerdil.

Hmmhhhh......
Saatnya bangkit. Biarkan orang bertanya. Karena yang bertanya adalah yang tidak cukup pintar untuk mengetahui bahwa kita tidak punya jawabannya. Saatnya menangkap peluang - peluang sejarah dihadapan mata kita. Saatnya mengukir prestasi - prestasi luar biasa dalam hidup kita. Belum dikaruniai pasangan bukan lah suatu kekurangan. Karena sekedar menikah pun bukanlah suatu prestasi yang patut dibanggakan.

Kenapa Orang Harus Bertanya ??

"Kapan atuh mau nyusul ?? Yang laen kan udah pada duluan. Malah kesusul ama adik2 angkatan tuh nikahnya."

Rasanya kalimat - kalimat senada seperti itu sudah mulai sering sekali hinggap di pendengaran saya. Apalagi memasuki usia yang hampir seperempat abad ini. Sayangnya saya sendiri tidak tahu jawabannya. Seandainya saya tau, saya akan dengan mudah menjawab : "ntar bulan depan", atau "ntar deh setaun lagi", atau jawaban2 lain yang bisa memuaskan rasa ingin tau penanya. Tapi..itu kan urusan Sang Pencipta. Tidak ada yang tahu kapan seorang pendamping hidup itu akan datang dan melengkapi separuh dari dien kita.

Dan sekarang, rasa terusik itu pun mulai menyelinap di suatu tempat di sudut perasaan saya. Kenapa orang harus bertanya ? Tidakkah mereka tau bahwa saya tidak punya jawabannya? Tidakkah mereka tau bahwa saya tidak punya kendali penuh untuk menentukan kapan saya akan menikah ?

Monday, January 03, 2005

Akhir Perjalanan

Kawan, pernahkah kau merasakan sebuah penderitaan yang sangat ? Barangkali rasanya seperti mau mati saja, ya ! Seperti apa sih rasanya ditinggal oleh orang yang kita cintai ? Mungkin kita akan meratap ber hari - hari, mengenang masa - masa bersamanya, dan berharap semua yang telah berlalu kembali lagi, berangan andai ia tak pernah pergi.

Kawan, bagaimana rasanya diliputi benci dan kemarahan ? Seperti mau meledak dada dan kepala? Inginya memuntahkan segala kekesalan sepuas - puas nya.

Kawan, pasti kita pernah gagal. Saat itu rasanya dunia sudah tertutup bagi kita. Tak ada lagi semangat apalagi tekad. Kita pun mandeg, malas untuk bergerak lagi.

Kawan, semua kita pernah berbuat dosa. Sering kita sadar dan menyesal, tapi kita tak sanggup keluar daripadanya.

Kawan, aku percaya, ketika waktu terus berjalan dan semua itu berlalu, engkau akan melihat dengan pandangan yang berbeda. Bisa jadi engkau akan merasa penderitaan mu dulu tidak sehebat yang kau kira. Masih banyak orang lain yang lebih menderita. Mungkin saja engkau akan melihat kemarahan dan kebencian mu tidak beralasan. Sangat boleh, kegagalan mu belum ada apa - apanya. Barangkali kesalahan dan dosa itu akan membuat kita bisa melihat dan menghayati kebenaran.

Kawan, seiring waktu berjalan, pikiran kita akan tumbuh. Perasaan kita berubah. Jika demikian hal nya, maka mengapa kita biarkan diri tenggelam sedangkan ia akan menjadi masa lalu pada akhirnya ?

Tulisan ini diambil dari buku "Pagi ini aku cantik sekali", Azimah Rahayu