Daisypath Anniversary tickers

Tuesday, September 13, 2005

lantunan do'a

Allahu Robbi ... jika sampai waktuku, izinkan aku menikah karena rahmat Mu. Dan jangan pernah palingkan wajah Mu dariku.

Subhanallah ...
Lantunan do'a yang sangat indah mengawali sebuah sms yang berisi undangan utk menghadiri resepsi pernikahan. Do'a yang layaknya dilantunkan oleh setiap orang yang berniat menggenapkan separuh dien nya. Do'a yang secara spontan menggerakan hati ini untuk berharap semoga Allah mengabulkan do'a itu untuk sang pengirim sms, dan semoga Allah mengabulkan do'a itu juga untuk ku.

Friday, September 09, 2005

nikmatnya cinta dalam ukhuwah islamiyah

Untuk kesekian kalinya saya diminta mengisi sebuah acara ta'lim, dan untuk kesekian kalinya pula ada perasaan yang sangat berat, seolah ada awan yang memayungi dan membuat segala sesuatu nya terasa kelam. Ini disebabkan karena tuntutan untuk menjadi orang pertama yang mengamalkan apa yang disampaikan. Semakin banyak yang disampaikan, semakin banyak pula beban kewajiban yang harus ditunaikan.

Dan siang ini, saya diminta menyampaikan serba - serbi seputar ukhuwah. Astaghfirullah .. berat sekali rasanya. Apalagi ketika panitia menyampaikan bahwa judul kajian nya adalah "Nikmatnya cinta dalam ukhuwah islamiyah". Masya Allah, bagaimana caranya menyampaikan sesuatu yang sebenarnya sangat abstrak, menurut saya. Tapi ya sudahlah, luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar. Akhirnya saya bersedia untuk mengisi acara tersebut.

Di sela - sela persiapan bahan - bahan dan materi yang akan disampaikan, tiba - tiba saya seolah teringatkan. "Nikmatnya cinta dalam ukhuwah Islamiyah", saya mungkin belum sempurna dalam menunaikan kewajiban ukhuwah saya, tapi sebenarnya sudah banyak hak ukhuwah yang saya terima yang itu mengingatkan saya bahwa selama ini pun, limpahan nikmat dalam rangkaian ukhuwah itu sudah banyak saya alami.

Dan subhanallah, ketika tiba saatnya saya harus menyampaikan materi, ternyata diantara wajah orang - orang yang ada dihadapan saya, terdapat wajah seseorang yang sangat istimewa yang selama ini telah mendampingi saya. Wajah seseorang yang seharusnya beliau bukan bagian dari peserta acara itu, tapi beliau ada di sana. Seolah Allah benar - benar ingin mengingatkan bahwa beliau adalah bagian dari nikmat ukhuwah yang harus saya syukuri.

Wajah yang tanpa harus berkata apa - apa, tapi menyelipkan rasa bahagia setiap kali saya melihatnya. Wajah seseorang yang senantiasa mendengarkan semua keluh kesah saya. Seolah saya benar - benar bisa bermanja dihadapannya. Menjadi diri sendiri bahkan dalam tampilan yang paling lemah sekalipun. Pun ketika keluh kesah itu berusaha ditutup rapat - rapat, beliau cukup hadir dengan sebuah pertanyaan sederhana, "kenapa ?", dan akhirnya mengalirlah semua yang menyesakan dada dan berputar - putar di kepala. Wajah seseorang yang menjadi alasan betapa saya harus terus bersyukur karena Allah mempertemukan saya dengan beliau.

"Nikmatnya cinta dalam ukhuwah Islamiyah", tidak bisa .. rasanya saya tidak mampu menceritakannya. Perasaan ini begitu indah sehingga seseorang harus merasakan nya sendiri untuk bisa memahami kenikmatannya. Kenikmatan yang membuatnya merasa beruntung, seperti yang saya rasakan sekarang.
ana uhibukifillah ukhti ..

Thursday, September 08, 2005

speechless

seakan ujian itu tidak pernah berhenti...
naluri jiwa yang lemah tentu saja menggoda hati untuk menyerah pasrah pada kelemahan diri. tapi pada saat yang sama, posisi yang mulia pun tergadaikan untuk sebuah kehinaan

Sunday, September 04, 2005

keabisan stock

Ada sedikit perasaan menggelitik ketika salah seorang adik kelas berkomentar, "wah kalau ikhwan 99 nikahnya sama akhwat yang lebih tua semua, ntar kita nikah ma siapa dong ?? ". Walaupun tentu saja komentar itu tidak bernada serius. Tapi itu mengingatkan saya pada komentar seorang akhwat yang secara tidak langsung mengeluhkan fenomena ikhwan - ikhwan yang usianya sebaya dengan beliau bahkan lebih tua, tapi justru ketika menikah lebih memilih akhwat yang usianya relatif jauh lebih muda.

Di satu sisi banyak orang yang mengacungkan jempol ketika ada seorang ikhwan memilih untuk menikah dengan akhwat yang usianya relatif lebih tua, rasanya keunggulan amalan yang satu ini sudah tidak perlu dijelaskan lagi. Di sisi lain, banyak juga yang sedikit bernada miring ketika ada seorang ikhwan lebih memilih menikahi akhwat yang usianya lebih muda. Kalau di Bandung ada sebuah istilah untuk kriteria akhwat seperti ini. Cangor = cantik dan ngora (muda).
Tapi kalau kita mau melihat sedikit lebih objektif, tentu saja kita harus mau mengakui bahwa kondisi ini tidak bisa dipukul rata atau di buat hitam - putih. Karena tidak semua ikhwan yang menikahi akhwat yang lebih muda memiliki niatan tidak tulus dalam pernikahannya. Dan tidak menutup kemungkinan juga ada ikhwan yang memilih menikahi akhwat yang lebih tua ternyata tidak layak untuk diacungi jempol.
Mungkin ada yang bilang kalau ikhwan - ikhwan yang usianya sudah layak menikah memilih untuk menikahi akhwat - akhwat yang lebih tua lalu siapa yang akan menikahi akhwat yang usianya relatif lebih layak untuk didahulukan dalam sebuah proses pernikahan. Tapi komentar seperti ini juga bisa dipatahkan dengan argumen, kalau ikhwan - ikhwan memilih mendahulukan akhwat yang usianya lebih tua, lalu siapa yang akan menikahi akhwat2 seusianya atau yang lebih muda darinya yang juga sama2 punya keinginan yang besar untuk menikah. Kalau sudah begini ceritanya, kedua pendapat ini tidak akan mencapai titik temu.
Jika dipandang dari kacamata para akhwat yang sebagian besar memilih untuk menunggu, saya sendiri berpendapat rasanya tidak perlu ada perasaan khawatir. Walaupun "trend" di pasaran sekarang ikhwan memilih untuk menikahi akhwat yang lebih tua, atau lebih muda, atau mungkin sebaya, insya Allah itu semua tidak akan mempengaruhi jodoh yang sudah Allah tentukan untuk kita. Kita tidak akan kehabisan stock ikhwan karena semua orang sudah Allah tentukan usia, rezeki dan jodohnya. Jadi, lebih tua, lebih muda atau sebaya, biar Allah saja yang tentukan.