Daisypath Anniversary tickers

Monday, July 18, 2005

I Lost My Ring

Mohon ma'af yang sebesar - besar nya, postingan ini edisi curhat abisss ... :D

-------------------------------------------------------------------------------

I lost my ring this morning ...
My favorit ring :(
Tadi pagi sebelum berangkat kerja seperti biasa saya selalu memeriksa perlengkapan sebelum pergi. Mulai dari dompet, kacamata, hp, Qur'an, trus pindah ke tangan, manset, jam tangan dan .... cincin. Ternyata cincin nya tidak ada saudara - saudara !!!

Saya lupa dimana terakhir kali saya simpan cincin itu. Memang kebiasaan kalau udah sampe rumah, semua perlengkapan dilepas, termasuk jam tangan dan cincin. Dan nanti sebelum pergi baru dipake lagi. Tapi biasanya cincin itu ngga jauh dari meja atau kotak kecil tempat saya biasa menyimpannya. Jam tangan nya ada ko cincin nya ga ada yah :-?

Mungkin memang cincin itu makna nya tidak sebanding layaknya sebuah cincin pernikahan. Cincin itu cuma cincin biasa, malah banyak temen - temen yang protes karena cincin itu berbentuk micky mouse yang lagi nyengir. Mungkin childish sekali kalo hari gini masih pake cincin micky. Tapi ga tau kenapa, saya suka. Dan cincin itu sudah melingkar di jari saya selama bertahun - tahun. Bahkan meninggalkan bekas permukaan kulit yang lebih putih melingkar di jari tengah sebelah kanan. Jadi aneh rasanya kalo cincin itu tiba - tiba ga ada.

Sangking kepikiran nya sama itu cincin, saya pasang pengumuman di status YM saya pagi ini yang bunyinya " I Lost My Ring :( ". Tapi, subhanallah, tidak berapa lama setelah pengumuman itu dipasang, tiba - tiba tring ... sebuah window YM terpampang di layar komputer saya. Dan untaian tausiyah yang sangat menyejukan turut hadir bersamanya. "Sabar ya teh. Memang tidak ada yang abadi. Mungkin itu peringatan dari Allah, biar teteh ngga terlalu sayang sama si micky."

Subhanallah ..
Jadi teringatkan kembali. Bahwa memang tidak ada yang abadi. Jangankan sebuah cincin, bahkan jasad kita pun bukan milik kita selamanya. Pasti akan datang masa perpisahan itu. Astaghfirullah. Ngapain ngurusin hilangnya cincin kalau pada akhirnya semua yang ada pada diri kita, termasuk orang - orang yang kita sayangi akan turut hilang suatu saat nanti.


Jazakillah khair ukhty :) Ana uhibuki fillah .. Insya Allah

barokallah ...

Satu hal yang paling saya takutkan dari melihat teman - teman saya ditakdirkan Allah untuk menikah lebih dahulu dari saya adalah ... perasaan kehilangan. Hampir semua orang sependapat bahwa pernikahan membuat seorang perempuan tersita perhatian dan energinya untuk menangani masalah domestik sehingga ruang gerak sosialnya tidak lagi seluas sebelum dia menikah. Dan mungkin itu pula yang terjadi dengan orang - orang terdekat di sekeliling saya. Energi, perhatian, dan tentu saja kasih sayang yang biasa saya dapatkan dari mereka mau tidak mau akan berkurang ketika mereka menikah.
Apalagi hampir semua teman dekat saya termasuk kategori pengantin baru. Karena belum ada yang usia pernikahannya lebih dari dua tahun. Sehingga wajar jika kemudian semua cerita - cerita yang saya dengar dari mereka tidak jauh dari seputar pernikahan, atau kesibukan - kesibukan yang saya liat dari aktivitas mereka tidak jauh dari mengurus suami dan anak. Karena memang urusan itu yang saat ini benar - benar mendominasi alam pikiran mereka.
Sekarang mungkin akan sedikit sulit untuk menemukan moment yang tepat untuk berbagi semua masalah dan keluh kesah saya seperti dulu. Atau bahkan sekedar meluangkan waktu untuk sekedar makan siang bersama. Dan saya pun tidak lagi menjadi satu - satunya tempat mereka mempercayakan masalahnya, peran saya sebagai pendengar untuk semua lintasan pikiran mereka pun berkurang. Karena segala sesuatu nya tidak lagi seperti dulu.
Tentu saja semua ini tidak mengurangi rasa syukur saya karena Allah telah memilihkan pria - pria terbaik untuk mereka. Dan tidak mengurangi kebahagiaan saya melihat binar - binar mata penuh suka cita dan semangat para istri dan ibu "dadakan" ini. Saya hanya perlu sedikit waktu untuk membiasakan diri. Bahwa segala sesuatunya tidak akan pernah seperti dulu. Bahwa saya tidak lagi berhak menuntut perhatian dan kasih sayang dari mereka sebanyak yang pernah mereka berikan dulu. Karena sekarang ada yang lebih berhak atas perhatian dan kasih sayang itu. Saya hanya berharap Allah menghibur saya dengan tetap mengumpulkan saya dengan dengan orang - orang yang mencintai-Nya, siapapun itu. Layaknya Umar bin Khattab yang berkata "Nikmat terbesar setelah nikmat keimanan adalah saudara - saudara yang shalih."
Teriring do'a untuk semua sahabat yang baru saja dan akan menggenapkan separuh dien - Nya. Barokallahulaka wa baroka 'alaika wa jama'a baina kuma fi khair. Semoga dengan genap nya separuh dien ini, akan genap pula yang separuhnya yang lain dengan ketakwaan kepada Allah.

Friday, July 15, 2005

Air Mata Rasulullah

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut
datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya.

Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan
dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan,
sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa baarik wa sallim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Monday, July 04, 2005

No Title

Ketika kata – kata kehilangan maknanya. Ketika lisan kehilangan pengaruhnya. Ketika semua yang kita ucapkan tidak dibuktikan dengan amalan …

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُون

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan [Q.S Ash – Shaff : 2-3]
Rasanya sudah terlalu banyak yang dikatakan, tapi berapa banyakkah yang sudah diamalkan ??
Astaghfirullah .......

ajaib ...

Sudah beberapa bulan terakhir ini saya sangat dekat dengan seseorang. (eeeit..jangan curiga dulu :D). Beliau akhwat ko. Sebenernya kita berdua udah kenal dari jaman kuliah dulu, cuma mungkin baru bener – bener deket beberapa bulan terakhir ini. Semenjak beliau mengungsi ke cimahi, kita jadi hampir setiap hari pulang pergi bareng. Dan karena tempat kerjanya deketan, kita juga hampir tiap hari makan siang bareng. Dan ga cukup sampe di situ, di sela – sela itu pun kita dengan aktif nya memanfaatkan fasilitas YM di kantor masing – masing untuk ngobrol bareng. Cerita segala macem. Sampe pernah ada orang yang bilang, “emang kalian tuh ga bosen yah ngeliat satu sama lain ??”.

Banyak hal yang unik yang saya liat dari akhwat yang satu ini. Misalnya beliau itu orang nya ngga bisa fokus, dan suka ngga perhatian sama hal – hal kecil. Padahal sifat seperti ini kan lebih umum ditemukan dikalangan pria. Jadi kalo ngobrol ama beliau, musti ma’lum aja kalo tiba2 beliau teh ngga connect.

Kita berdua juga punya satu ritual yang cukup “ajaib”. Yaitu “musyawarah makan siang”. Hampir setiap hari kita menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk membahas “ siang ini kita makan di mana yah ?”. Kalo saya bilang “terserah”, hampir pasti beliau bilang “ terserah teteh aja”. Dan lempar – lemparan kata “terserah” ini bisa berlangsung dari jam 11 sampe akhirnya kita makan jam 12 lebih. Pernah satu hari YM di kantor kita berdua dengan kompaknya mati, pas di saat – saat dimana kita akan memulai musyawarah makan siang. Masya Allah. Kali YM nya kesel. Emang sih kalo saya yang jadi YM nya, saya pasti bilang, “ kalian nih ngga mutu banget sih, masa tiap siang ngebahas itu – itu melulu !!! “ ;))

Dan masih banyak hal ajaib lainnya yang saya alami bersama beliau, seperti ketika saya mengantar beliau mencari kain untuk bahan baju. Entah disengaja atau tidak, tapi beberapa kali beliau mengarahkan telunjuknya ke kain – kain dengan motif yang “ajaib”. Kain yang motifnya ngga gitu bagus, rada norak, atau motif kain ala ibu – ibu tea. Dan tentu saja saya sebagai konsultan fashionnya beliau, menolak mentah – mentah usulan – usulan itu.

Hal ajaib lainnya dari beliau, yang pasti bisa dilihat semua orang adalah kepiawaian beliau untuk membuat orang lain terhibur. Somehow, someway, beliau sepertinya selalu tau bagaimana caranya membuat orang lain tersenyum. Sekedar melihat icon smiley beliau di window YM saja rasanya meringankan sekian banyak beban.

Satu hal lagi,
Rasanya setiap orang yang mengenal beliau, pasti tau kalau beliau ini begitu mudah untuk dicintai. Ajaib …

Friday, July 01, 2005

Tetaplah Di Sini

Tetaplah di sini saudaraku. Di jalan keimanan. Di jalan ke-islaman. Tetaplah bersama - sama meniti jalan ini sampai usai. Kita semua mungkin telah letih. Karena perjalanan ini memang amat panjang dan amat berliku. Tapi tetaplah di sini dan jangan menjauh. Yakinlah, kenikmatan yang kita reguk di jalan ini, jauh lebih banyak ketimbang yang dilakukan orang - orang yang lalai. Keindahan yang kita alami di sini, sangat lebih indah daripada keindahan yang kerap dibanggakan oleh mereka yang jauh dari jalan ini. Jangan berharap atau tertipu dengan fatamorgana kenikmatan, keindahan, kebahagiaan semu yang sering kita lihat dari orang - orang yang jauh dari tuntunan Allah. Tetaplah di sini ...
Diambil dari buku : Berjuang di Dunia, Berharap Pertemuan di Surga. Semoga kita semua diberi kesabaran untuk tetap di sini. Di jalan yang Allah ridhai. Amiin.
Jazakillah khairan katsira untuk someone special yang telah merekomendasikan buku ini :D.