Daisypath Anniversary tickers

Friday, April 28, 2006

masak (edisi curhat)

Sebenernya saya bukan tipe wanita pada umumnya yang hoby masak. Dan (mohon jangan ditiru) saya juga sebenarnya kurang pandai dalam hal masak memasak. Karena biasanya dirumah selalu ada ibu, nenek, atau kakak perempuan saya yang biasa memasak. Tapi semenjak menikah, saya dihadapkan kepada kewajiban baru yaitu memasak. Subahanllah ... lumayan repot juga. Apalagi setelah menikah langsung ada dua orang anak yang juga harus dibuatkan makanan (maksudnya dua orang adik - adik saya yang ada di rumah :-D).
Awal - awal sih panik, berhubung memang tidak terbiasa memasak. Pagi - pagi sebelum ke kantor harus menyiapkan sarapan, kemudian ke warung untuk belanja, kemudian masak untuk makan siang dan malam, baru berangkat. Alhasil, hampir setiap hari datang telat :-D Belum lagi keterbatasan menu menambah kepanikan dalam kegiatan masak memasak. Ma'lum, perbendaharaan menu yang bisa saya masak masih sedikit, jadi kadang bingung mau masak apa.
Dan terkadang patah hati juga ketika masakan yang sudah dimasak dengan susah payah, bersimbah peluh dan keringat, ternyata hasil nya kurang memuaskan dan tidak ada yang memiliki keberanian untuk memakannya :-(
Walaupun memasak sebenarnya bukanlah kewajiban seorang istri, walaupun memasak kadang melelahkan dan ada perasaan malas untuk memasak, walaupun keterbatasan menu tetap menjadi kendala, walaupun tetap terjadi kegiatan uji coba di dapur saya, tapi alhamdulillah, lama kelamaan, saya mulai menikmati juga kegiatan masak memasak ini.
Dan alhamdulillah juga saya punya suami yang pengertian. Sangat mengerti bahwa dia menikahi seorang perempuan yang tidak terbiasa memasak. Hampir tidak pernah saya mendengar beliau mengeluh soal makanan. Walaupun saya sudah mulai bisa membaca pikirannya. Kalau beliau bilang "enak" berarti memang masakannya enak. Tapi kalau beliau bilang " yaaaah... lumayan", berarti masakannya terlalu asin, terlalu asem, atau bumbunya ga pas :-D

kampus dan masyarakat

Dulu waktu di kampus, saya sering merasa bahwa berda'wah di kalangan temen - temen kuliah jauh lebih mudah dibandingkan berda'wah di kalangan masyarakat umum yang relatif lebih heterogen. Tapi ternyata setelah lulus dari kampus dan bergabung dengan masyarakat luas, ada juga saat - saat dimana saya merasa berda'wah di kalangan masyarakat itu lebih mudah dibandingkan dengan berda'wah waktu di kampus dulu.
Sebenarnya kalau dilihat dari kacamata yang objektif, berda'wah dimanapun tetap ada tantangannya tersendiri. Ada ujiannya sendiri, dan juga ada peluangnnya sendiri. Sunnatullah da'wah memang harus ada ujian dan kesulitan, dimanapun medan da'wah yang digeluti. Tapi janji Allah pun suatu hal yang pasti, bahwa Allah akan memberikan pertolongan-Nya dan bahwa kemenangan Islam itu sebuah keniscayaan yang pasti.
Semua tergantung dari sejauh mana kita menyempurnakan ikhtiar kita dengan melakukan da'wah yang terencana dan tersistematis sesuai sunnah, mengenali medan da'wah kita dengan memetakan peluang dan tantangan, dan, yang penting, menyempurnakan kesabaran kita untuk tetap istiqomah di jalan da'wahNya.
semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang - orang yang istiqomah ...

Tuesday, April 18, 2006

memang tidak mudah


Tulisan ini di copy dari blog teh riska (punten yah teh, ga bilang - bilang )
Beristri / bersuami seorang kader dakwah bukan perkara yang mudah. Hak-hak sebagai suami atau istri sebagian akan `terampas`. Ada umat yang harus diurus, ada waktu yang terbagi, ada konsentrasi yang harus terpecah, ada urusan yang harus dituntaskan, dll. Jika ada salah satu yang tidak paham, barangkali pertengkaran-pertengkaran akan menghiasi rumahtangga tersebut. Tapi jika dua-duanya adalah kader dakwah, maka keduanya akan belajar bersabar. Mungkin pahit, mungkin getir, mungkin ada banyak persoalan yang menarik - narik urat saraf karena sangat menuntut kesabaran dan saling memahami, tapi semuanya terasa indah karena satunya tujuan dan cita-cita. Bahwa hak-hak itu tidak dirampas, melainkan disimpan sementara untuk kemudian dinikmati bersama di jannahNya.
ternyata memang tidak mudah ...

Monday, April 17, 2006

Tidak Boleh Kalah dan Menyerah

Hampir selalu ada air mata yg menetes ketika mendengar cerita-ceritanya. Mendengar kisah - kisah perjuangannya. Semua keterbatasan dalam hidup sepertinya tidak pernah membuat pria itu menyerah dan berhenti melangkah. Terbukti hari ini dia sudah mencapai suatu kondisi yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Walaupun sudah beberapa kali saya mendengar cerita yang sama, tapi setiap kali cerita itu membawa pencerahan tersendiri. Cerita tentang pengalamannya menjadi kenek di angkutan umum. Cerita tetang semua keterbatasan yang dialaminya yang tidak pernah menyurutkan langkahnya untuk meneruskan kuliah. Cerita tentang semangat, optimisme, kerja keras, ikhlas dan tawakkal. Hampir semua ceritanya diakhiri dengan sebuah kalimat, " Allah itu maha adil pi .. "
Iya memang, kalau saja kita mau merenung sejenak, berpikir dengan pikiran yang jernih, dan merasakan dengan hati yang lapang, maka kita akan bisa memahami bahwa semua skenario hidup yang Allah tuliskan utk semua insan tidak akan pernah mendzholimi. Allah maha adil. Dibalik semua kesulitan yang kita hadapi, Allah sudah siapkan hadiah berupa kemudahan - kemudahan untuk banyak hal. Dibalik semua tetesan air mata yang disertai tawakkal kepada Allah, Allah sudah siapkan hiburan yang akan membuat kita tersenyum lebar. Dibalik penantian kita akan harapan - harapan dan do'a yang belum terkabul, Allah sudah siapkan planning yang sempurna yang akan diwujudkan-Nya pada saat yang tepat.
Allah memang maha adil. Hanya ketidak-sabaran dan ketidak-ikhlasan kita saja yang terkadang membuat kita sulit untuk memahaminya. Hanya satu kalimat yang selalu diucapkan oleh pria itu setiap kali beliau menghadapi kesulitan, "Seorang pahlawan itu boleh salah karena keterbatasan pemahamannya, tapi dia tidak boleh kalah dan menyerah .. "
Semoga Allah merahmati hati yang lapang agar senantiasa mampu merasakan kasih - sayangNya.
sebuah tausiyah di penghujung malam ...