Daisypath Anniversary tickers

Wednesday, June 20, 2007

saya orang nya begini

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengenali pasangan hidup kita? 1 tahun? 5 tahun? 10 tahun? Menurut saya, berapa pun waktu yang dihabiskan tidak akan pernah cukup untuk mengenali sepenuhnya pasangan hidup kita. Karena setiap manusia selalu berubah. Rasanya hampir tidak ada orang yang karakternya sama terus dari kecil, muda, dewasa hingga tua. Orang sebelum menikah biasanya berbeda dengan sesudah menikah. Orang yang belum punya anak biasanya berbeda dengan ketika sudah punya anak. Hampir selalu ada karakter – karakter baru yang berubah dari karakter sebelumnya atau yang terbangun dalam kepribadian seseorang pada setiap fase kehidupannya.

Oleh karena itu, menurut saya, tidak pernah ada batasan waktu untuk terus saling mengenali, memahami dan menerima antara kita dengan pasangan hidup kita. Walaupun memang, energi terbesar dalam menjajaki kepribadian seorang suami/seorang istri pasti terkuras di masa awal pernikahan. Masa dimana untuk pertama kali nya menghabiskan waktu sekian jam bersama setiap harinya. Mulai dari bangun tidur, sampai tidur kembali bahkan ketika tidur di malam haripun dihabiskan bersama. Pada masa seperti itu lah mulai terjadi gesekan – gesekan kepribadian. Benturan antara nilai dan kebiasan yang dianut satu sama lain. Norma – norma yang berlaku pada keluarga masing – masing mulai berbenturan.

Pada masa seperti itu sangat kental sekali kata – kata, saya itu orang nya begini, dalam keluarga saya biasanya seperti ini, saya suka nya begini, saya tidak suka kalo begini, dst. Dan hampir dapat dipastikan bahwa karakter yang dimiliki, nilai – nilai yang dipahami, kebiasan – kebiasaan yang dijalani tidak akan 100% sejalan walaupun mungkin ada juga beberapa kesamaan.

Adaptasi, saling terbuka dan berusaha memahami, mungkin itu kata – kata kunci nya. Bahwa keluarga yang ingin dibangun dan dijalani adalah keluarga kita sendiri. Bukan keluarga orang tua kita. Bahwa setiap kita tidak bersikukuh dengan kepribadian kita sendiri, kemauan kita sendiri, dan bersikukuh dengan kebiasaan kita sendiri yang kita jalani dalam keluarga orang tua kita. Karena sejak saat ijab qabul diucapkan maka ada seseorang disamping kita yang juga harus dipertimbangkan perasaannya. Yang juga harus dipenuhi haknya untuk hidup tentram dan nyaman di lingkungan yang baru. Karena itulah harus ada kompromi, harus ada energi yang dikeluarkan untuk beradaptasi dengan landasan keterbukaan dan sikap berusaha untuk saling memahami. Harus disepakati lagi nilai – nilai yang baru yang merupakan win – win solution untuk keluarga yang baru. Harus ada kebiasaan – kebiasaan baru yang diterapkan di keluarga yang dapat diterima bersama. Dan harus ada karakter – karakter baru yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Sepenuhnya berharap agar pasangan hidup kita 100% seperti apa yang kita inginkan memang tidak mungkin. Tapi pasrah dengan keadaan dan bersikap ”mengalah” juga sebenarnya bukan sikap terbaik. Menurut buku yang saya baca, mengalah sebenernya berpotensi menjadi bom waktu. Karena ketika kita sepenuhnya mengalah tanpa berusaha mencari win – win solution maka pada saat itu, terbangun sebuah pemikiran dalam kepala kita bahwa kita sudah berkorban. Dan pengorbanan seperti ini akan terus ditumpuk dan dihitung hingga suatu saat kita kelelahan dan tidak mampu lagi menerima nya. Merasa kehilangan jati diri dan merasa ’terjajah’ secara psikologis. Jika saat seperti ini datang maka besar kemungkinan bahwa kita akan menyerah. Menyerah bisa berwujud berhenti mencintai dan berhenti hidup bersama, atau bisa juga berwujud sesuatu yang lebih parah yaitu berhenti menjalani kehidupan ini. Na’udzubillah ...
Tidak ada jalan lain selain mencari jalan tengah terbaik. Memenuhi hak setiap individu dalam sebuah keluarga untuk merasa nyaman dan diterima satu sama lain. Memenuhi hak setiap individu dalam keluarga untuk berkembang menuju kondisi yang lebih baik yang dapat diterima bersama. Tidak hanya sekedar memenuhi keinginan pasangannya.

Tuesday, June 19, 2007

berapa kali?

Tulisan ini terinspirasi dari salah satu artikel yang saya baca di eramuslim mengenai pengakuan seorang istri yang sudah 8 tahun menikah tapi belum pernah mendengarkan kata - kata sayang dari suaminya. Sang istri mengaku bahwa di awal - awal pernikahannya dia merasa cukup tersiksa, namun lama kemudian dia mulai bisa memahami bahwa memang karakter sang suami yang tidak terbiasa berekspresi secara verbal.

Yang ingin disoroti disini bukanlah bagian bahwa sang istri bisa memahami, tapi bagian 8 tahun tanpa kata - kata sayang nya. Jika sang istri bisa memahami dan menerima maka itu, menurut saya, merupakan sebuah anugrah bagi sang suami yang diperoleh melalui perjuangan panjang sang istri dalam memahami dan menerima. Namun perjuangan panjang sang istri untuk memahami dan menerima juga seharusnya diimbangi dengan usaha keras sang suami untuk berubah demi istrinya dan bukannya bersikukuh pada karakter lamanya sebelum menikah.

Karena bagaimanapun, menurut Ust. Anis Matta dalam bukunya Biarkan Kuncupnya Mekar Menjadi Bunga, ekspresi cinta dan kasih sayang dalam bentuk verbal merupakan sebuah upaya pengukuhan, dan penguatan perasaan secara psikologis. Memang, melalui sikap, perilaku dan pengorbanan seorang suami pun dapat terlihat dengan jelas, perasaan sayang dan cinta nya pada istri dan keluarganya. Tapi mengungkapkannya secara verbal merupakan sebuah penguatan baik bagi yang mengungkapkan maupun bagi yang menerima.

Selain itu, menurut buku panduan kekerasan terhadap anak, salah satu bentuk kekerasan terhadap anak adalah bersikap acuh diantaranya jika orang tua tidak pernah mengucapkan kata - kata pujian atau ekspresi rasa sayang terhadap anak nya. Jika orang tua tidak pernah mengucapkan kata - kata sayang merupakan bentuk kekerasan terhadap anak, apakah seorang suami yang tidak pernah mengucapkan kata - kata sayang terhadap istri juga merupakan sebuah bentuk kekerasan? Wallahu'alam ...

Yang jelas, artikel itu membuat saya tergelitik untuk menghitung. Jika sang istri dalam artikel tersebut belum pernah mendengarkan kata - kata sayang selama 8 tahun pernikahannya, maka selama lebih dari 1.5 tahun pernikahan saya, berapa kali saya mendengarkan kata - kata sayang dari suami tercinta. Alhamdulillah ... bahkan setiap harinya tidak terhitung ... :)

acknowledgement

Tidak setiap orang bekerja hanya demi uang. Walaupun bukan berarti uang menjadi tidak penting, tapi bagi beberapa orang, ada juga yang tidak kalah penting yaitu acknowledgement atau pengakuan. Pengakuan atas kompetensi yang dimilikinya, pengakuan atas prestasi kerja yang telah dihasilkannya, dan bentuk pengakuan itu tidak hanya sekedar diwujudkan dalam bentuk uang.
Apa rasanya jika kita bekerja selama bertahun - tahun, memberikan effort terbaik yang kita miliki, lalu pada tahun ketiga sang pimpinan bertanya, "sebenernya kerjaan kamu apa?" Jika itu yang terjadi maka pertanyaannya adalah, kemanakah sang pimpinan itu selama bertahun - tahun ini. Jika dia bertanya karena dia tidak melihat adanya hasil kerja kita yang signifikan, bukankah seharusnya dia sudah menegur dari sejak bertahun - tahun yang lalu. Jika dia bertanya karena dia tidak terlalu peduli dan tidak terlalu memperhatikan keberadaan kita, lalu apa guna uang dikeluarkan untuk membayar gaji kita selama bertahun - tahun.
Idealnya, seseorang bertahan dalam sebuah pekerjaan adalah karena dia merasa diakui. Adanya acknowledgemet dari sang pimpinan dalam berbagai bentuk. Lalu bagaimanakah jika ketiadaan pengakuan berbenturan dengan kebutuhan? Jalan mana yang harus dipilih jika bertahan dalam suatu pekerjaan berarti diremehkan dan tidak diakui kompetensi serta prestasi kerjanya, sedangkan mencari sebuah pengakuan berarti keluar dari kemapanan?
The answer is .... I don't know ...You tell me ...
Karena setiap orang menghadapi kondisi yang berbeda, memiliki skala prioritas yang berbeda dalam kehidupannya. Oleh karena itu tidak ada jawaban pasti yang berlaku untuk setiap kasus. Bahkan saya pun tidak tahu jawabannya. Idealnya memang mendapatkan penghidupan yang mapan dan pada saat yang sama menerima pengakuan yang sesuai. Tapi ...

Monday, June 18, 2007

surat untuk sahabat

Teruntuk seorang sahabat yang semoga Allah selalu menyayanginya ...
Tidak akan pernah terpuaskan rasa ingin tahu kita terhadap mengapa segala sesuatu terjadi kepada kita. Mengapa saya begini dan tidak begitu, mengapa dia begitu dan saya tidak, mengapa saya seperti ini padahal orang lain seperti itu. Semua pertanyaan itu tidak akan pernah mampu terjawab dengan sempurna sehingga terpuaskan rasa penasaran kita. Karena selalu ada wilayah tertentu dalam kehidupan kita dimana hanya Allah yang memiliki keilmuan atasnya.
Hanya Allah yang tahu mengapa kita begini dan begitu. Hanya Allah yang memiliki keilmuan atas setiap takdir yang telah Ia tetapkan atas kita. Fitrah kita sebagai manusia mungkin memicu untuk berpikir mengapa tidak begini saja. Mengapa tidak begitu saja. Mengapa kehidupan kita tidak seindah kehidupan si A. Mengapa keberuntungan kita tidak selancar keberuntungan si B.
Keterbatasan kemampuan otak kita tidak akan pernah bisa menghasilkan jawabannya. Hanya keimanan kita yang mampu membuat kita terpuaskan dan merasa tenang. Keyakinan kita bahwa Allah tidak akan pernah dzhalim terhadap hamba-Nya. Kesadaran kita bahwa setiap ujian yang Allah timpakan kepada kita tidak akan mungkin melewati batas kemampuan kita untuk menjalaninya.
Someday, we will turn around, looking at our past, watching all the hard times that we have been through, all the hard times that we thought would never end, and say ... "Well, it's actually not that hard anyway"
Semoga Allah selalu menerangi hati kita dengan cahaya-Nya...
Actually.. I'm still trying to convince my self too ...
Ayo la .. saling menguatkan...

Friday, June 15, 2007

Friends and Friendship

Postingan ini sudah pernah dipublish bulan maret tahun 2005 di blog ini. Sengaja saya publish kembali, semoga dapat mengingatkan tentang betapa berartinya kehadiran sahabat dalam kehidupan kita.

to all my best friends.. miss you so much ...

-----------------------------------------------------------------

Persahabatan adalah pemenuhan kebutuhan jiwa. Ladang hati yang dengan kasih kalian taburi dan pungut buahnya penuh rasa terima kasih.Naungan sejuk keteduhanmu, api unggun kehangatan jiwa.

Karena kalian menghampiri di kala hati gersang dan mencarinya di kala jiwa perlu kedamaian.Ketika ia menyampaikan pendapat, hati kalian tidak pernah menghadang dengan bisikan kata-kata “tidak”, dan juga tidak pernah kalian khawatir untuk mengatakan “ya”. Dan ketika ia terdiam tanpa kata,hati kalian senantiasa mencari rahasianya.

Dalam persahabatan yang tanpa kata, segala pikiran, harapan dankeinginan terungkap dan terangkum bersama – menyimpan keutuhan.Ketika tiba perpisahan, janganlah kalian berduka, sebab apa yangpaling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih cemerlang dari kejauhan – seperti gunung yang tampak lebih agung terlihat dari padang dan daratan. Jangan ada tujuan lain dari persahabatan kecuali memperkaya jiwa. Karena cinta kasih yang masih mengandung pamrih hanyalah jaring yang ditebarkan ke udara – hanya menangkap kekosongan semata.Berikan yang terindah untuk persahabatan, jika dia harus tahu surut mu biarlah dia mengenal pula musim pasangmu. Sebab apa makna persahabatan jika sekedar mengisi waktu senggang? Carilah ia untuk bersama – menghidupkan sang waktu!

Seorang sahabat akan mengisi kekuranganmu, dan bukan keisenganmu. Dandalam kemanisan persahabatan, biarkan ada tawaria kegirangan, berbagiduka dan kesenangan. Sebab dalam rintik lembut embun, hati manusia menghirup fajar yang terbangun, dan mendapatkan kesegaran gairahkehidupan.

People see what you did.

Friends hear what you said.

Bestfriend read what is untold and undone.

Sebaik2 sahabat adalah yang bisa mengingatkan kita ketika lupa, meluruskan ketika mulai menyimpang, menemani ketika sendirian. Walau dengan segala keterbatasan kita, terkadang ketidakhadiran itu terjadi, kealfaan itu timbul, kesalahan itu dilakukan..Bukankah kita punya senjata yang paling ampuh dari apapun? D O A. Rangkaian kata yang kita panjatkan kepada Ilahi, permohonan untuk tetap mengikatkan hati kita, menjaga sahabat2 kita tetap dalam ketaatan pada-Nya. Semoga Allah Yang Maha Membolak-balik hati menetapkan hati2 kita dalam agama-Nya.

Allahumma, ya muqolibal quluub. Tsabbit quluubuna 'alad diinika... fawatsiqillahumma raabithotaha ... aamiin.

~ Gabungan dua buah email dari orang - orang special ~