Daisypath Anniversary tickers

Monday, June 30, 2008

5 Bekal Istri Aktivis Da'wah

Diambil dari catetan lama. Tulisan ini ditulis oleh Dra. Anis Byarwati, M.Si di web dakwatuna. Semoga bisa menjadi pengingat, terutama untuk saya sendiri.

--------------------------------------------------------------------

Seorang aktivis dakwah membutuhkan istri yang ‘tidak biasa’. Kenapa? Karena mereka tidak hanya memerlukan istri yang pandai merawat tubuh, pandai memasak, pandai mengurus rumah, pandai mengelola keuangan, trampil dalam hal-hal seputar urusan kerumah-tanggaan dan piawai di tempat tidur. Maaf, tanpa bermaksud mengecilkan, berbagai kepandaian dan ketrampilan itu adalah bekalan ‘standar’ yang memang harus dimiliki oleh seorang istri, tanpa memandang apakah suaminya seorang aktivis atau bukan. Atau dengan kalimat lain, seorang perempuan dikatakan siap untuk menikah dan menjadi seorang istri jika dia memiliki berbagai bekalan yang standar itu. Lalu bagaimana jika sudah jadi istri, tapi tidak punya bekalan itu? Ya, jangan hanya diam, belajar dong. Istilah populernya learning by doing.

Kembali kepada pokok bahasan kita. Menjadi istri aktivis berarti bersedia untuk mempelajari dan memiliki bekalan ‘di atas standar’. Seperti apa? Berikut ini adalah bekalan yang diperlukan oleh istri aktivis atau yang ingin menikah dengan aktivis dakwah:

1. Bekalan Yang Bersifat Pemahaman (fikrah).

Hal penting yang harus dipahami oleh istri seorang aktivis dakwah, bahwa suaminya tak sama dengan ‘model’ suami pada umumnya. Seorang aktivis dakwah adalah orang yang mempersembahkan waktunya, gerak amalnya, getar hatinya, dan seluruh hidupnya demi tegaknya dakwah Islam dalam rangka meraih ridha Allah. Mendampingi seorang aktivis adalah mendampingi seorang prajurit Allah. Tak ada yang dicintai seorang aktivis dakwah melebihi cintanya kepada Allah, Rasul, dan berjihad di jalan-Nya. Jadi, siapkan dan ikhlaskan diri kita untuk menjadi cinta ‘kedua’ bagi suami kita, karena cinta pertamanya adalah untuk dakwah dan jihad!

2. Bekalan Yang Bersifat Ruhiyah.

Berusahalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jadikan hanya Dia tempat bergantung semua harapan. Miliki keyakinan bahwa ada Kehendak, Qadha, dan Qadar Allah yang berlaku dan pasti terjadi, sehingga tak perlu takut atau khawatir melepas suami pergi berdakwah ke manapun. Miliki keyakinan bahwa Dialah Sang Pemilik dan Pemberi Rezeki, yang berkuasa melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki. Bekalan ini akan sangat membantu kita untuk bersikap ikhlas dan qana’ah ketika harus menjalani hidup bersahaja tanpa limpahan materi. Dan tetap sadar diri, tak menjadi takabur dan lalai ketika Dia melapangkan rezeki-Nya untuk kita.

3. Bekalan Yang bersifat Ma’nawiyah (mentalitas).

Inilah di antara bekalan berupa sikap mental yang diperlukan untuk menjadi istri seorang aktivis: kuat, tegar, gigih, kokoh, sabar, tidak cengeng, tidak manja (kecuali dalam batasan tertentu) dan mandiri. Teman saya mengistilahkan semua sikap mental ini dengan ungkapan yang singkat: tahan banting!

4. Bekalan Yang bersifat Aqliyah (intelektualitas).

Ternyata, seorang aktivis tidak hanya butuh pendengar setia. Ia butuh istri yang ‘nyambung’ untuk diajak ngobrol, tukar pikiran, musyawarah, atau diskusi tentang kesibukan dan minatnya. Karena itu, banyaklah membaca, rajin mendatangi majelis-majelis ilmu supaya tidak ‘tulalit’!

5. Bekalan Yang Bersifat Jasadiyah (fisik).

Minimal sehat, bugar, dan tidak sakit-sakitan. Jika fisik kita sehat, kita bisa melakukan banyak hal, termasuk mengurusi suami yang sibuk berdakwah. Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan, membiasakan pola hidup sehat, rajin olah raga dan lain-lain. Selain itu, jangan lupakan masalah merawat wajah dan tubuh. Ingatlah, salah satu ciri istri shalihat adalah ‘menyenangkan ketika dipandang’.

Akhirnya, ada bekalan yang lain yang tak kalah penting. Itulah sikap mudah memaafkan. Bagaimanapun saleh dan takwanya seorang aktivis, tak akan mengubah dia menjadi malaikat yang tak punya kesalahan. Seorang aktivis dakwah tetaplah manusia biasa yang bisa dan mungkin untuk melakukan kesalahan. Bukankah tak ada yang ma’shum di dunia ini selain Baginda Rasulullah?

Thursday, June 26, 2008

rumah Allah

email dari si Bapa:

"selvi, saya mau umroh nih tanggal 11 sampai 23 Juli. Tolong yah, laporan 2007-2008 difinalkan, panduan untuk Riset 2009 juga didraft dulu nanti saya koreksi, tolong.. , trus tolong... , tolong juga... "

Hu..hu...hu..Bos pergi umroh, jadi saya deh ketiban kerjaan segunung.

Tapi bukan itu sih sebenernya yang jadi masalah, yang jadi masalah adalah bliau mau pergi umroh.....aaahh.. mau dooongg.. ikuutt (emang siapa gue, anak bukan, sodara bukan )

Selalu seperti itu, kalau denger cerita - cerita orang pergi umroh atau haji. apalagi kalau yang masih muda - muda tapi udah punya kesempatan untuk mengunjungi rumah Allah.. wah subhanallah.. ngiri...

Kapan yaah.. bisa ke sana...

Someday.. insya Allah

Soon.. I hope.. insya Allah.. amiin..

Sebelum usia 30 .. insya Allah.. amiin...amiin.. (yang ini "amiin" nya musti aga kenceng, berhubung sebentar lagi udah mo kepala 3 )

Wednesday, June 25, 2008

life is a choice

Setelah kurang lebih 4 tahun saya mengenal beliau, untuk pertama kali nya beliau bercerita, mengapa di usia yang ke 41 tahun ini beliau masih hidup menyendiri.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Mba ini yah pi, sebenernya udah hampir nikah dari sejak usia 22 tahun. Berarti lebih muda dari waktu upi nikah loh. Dulu mba pernah punya pacar, kami pacaran hampir 4 tahun, dan sudah tunangan hanya tinggal menunggu hari pernikahan saja. Dia sudah sangat dekat dengan keluargaku. Termasuk dekat dengan sepupu ku yang tinggal bersama kami di rumah orang tua ku. Sebenernya dekat nya calon suami ku dengan sepupuku, menurut banyak orang, kelewat dekat. Tapi aku ga pernah curiga pada mereka berdua.

Sampai ketika beberapa minggu sebelum pernikahan ku, sepupuku mengaku bahwa dia sedang hamil. Dan ayah dari bayi yang dikandungnya adalah calon suamiku sendiri. Kami sekeluarga seperti di samber geledek. Ayahku sakit keras karena memikirkan masalah ini, bahkan akhirnya beliau meninggal.

Aku sendiri hampir gila karena kondisi ini. Sakit, sedih, marah, malu, semua bercampur jadi satu. Ibu ku lah yang akhirnya mengingatkan aku. Sampai aku bisa kembali berusaha menata diri sendiri.

Sejak itu, rasanya hidupku jadi berubah total. Aku pernah beberapa kali pacaran, tapi kejadian itu meninggalkan trauma yang sangat dalam buat aku. Selalu ada perasaan takut untuk bisa menerima seorang laki - laki dalam kehidupanku.

Buatku, laki - laki itu seperti lautan. Dari jauh terlihat sangat indah, sangat menyenangkan. Tapi semakin kita dekat, semakin takut kita dibuatnya. Karena semakin dekat semakin terasa gelombangnya. Airnya yang tenang, menandakan ada sesuatu yang sangat dalam yang disembunyikan.

Itu lah mengapa, sampai usiaku yang sudah diatas 40 ini, aku masih lebih suka sendiri. Terkadang aku merasa bahwa aku bisa berdiri sendiri, tanpa laki - laki. Kalau aku melihat atau mendengar suami istri yang kurang akur atau bahkan bercerai, aku merasa bersyukur karena aku tidak punya suami. Walaupun kadang aku juga merasa iri dan sedih akan nasibku sendiri kalau melihat pasangan suami istri yang selalu terlihat mesra.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Life is a choice, although I must say that's not the right choice

Thursday, June 19, 2008

upi mah enak...

"Upi mah enak yah.. orang tua nya bisa dibilang cukup berada"

"Upi mah enak yah.. bisa kuliah, di ITB lagi, trus abis kuliah langsung dapet kerja juga"

"Upi mah enak yah.. suami - istri kerja, penghasilannya juga lumayan"

"Upi mah enak yah.. belum punya anak, ga ada beban, masih bisa bulan madu aja berduaan"

Subhanallah, emang bener kata pepatah, rumput tetangga selalu tampak lebih hijau. Banyak komentar teman - teman yang mengatakan bahwa saya adalah orang yang "beruntung". Kalau saja mereka tahu, apa yang harus saya lalui, mungkin mereka juga bisa lebih bersyukur dengan keadaan mereka sendiri.

Setiap orang punya masalahnya sendiri. Tidak ada orang yang hidupnya selalu lebih enak dari orang lain. Karena dia pasti punya kesulitannya sendiri. Begitu juga sebaliknya, tidak ada orang yang hidupnya hanya kesulitan dan kesulitan. Allah tidak akan dzhalim, tidak mungkin seseorang selalu ditimpakan kesulitan tanpa Allah kasih "hiburan" untuk nya.

Tidak perlu selalu melihat ke bawah, karena bisa jadi itu membuat kita menjadi orang yang sombong atau orang yang cepat puas sehingga sulit untuk maju. Tapi selalu melihat ke atas pun akan membuat kita lelah dan sulit untuk bersyukur.

Pake Jilbab Malah Dilarang

Dikirim dari temen.... :D

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Ada seorang teman saya, suatu hari terpanggil untuk memakai jilbab. Karena hatinya sudah tetap, dia pun pergilah ke toko muslim untuk membeli jilbab. Setelah membeli beberapa pakaian muslim lengkap bersama jilbab dengan berbagai model (maklum teman saya itu stylish sekali), dia pun pulang ke rumah dengan hati suka cita.

Sesampainya di rumah, dengan bangga dia mengenakan jilbabnya. Ketika dia ke luar dari kamarnya, bapak dan ibunya langsung menjerit. Mereka murka bukan main dan meminta agar anaknya segera melepaskan jilbabnya. Anak itu tentu merasa terpukul sekali...bayangkan : Ayah ibunya sendiri menentangnya untuk mengenakan jilbab.

Si anak mencoba berpegang teguh pada keputusannya akan tetapi ayah ibunya mengancam akan memutuskan hubungan orang-tua dan anak bila ia berkeras. Dia tidak akan diaku anak selamanya bila tetap mau menggunakan jilbab. Anak itu menggerung-gerung sejadi-jadinya. Dia merasa menjadi anak yang malang sekali nasibnya.

Tidak berputus asa, dia meminta guru tempatnya bersekolah untuk berbicara dengan orang tuanya. Apa lacur sang guru pun menolak. Dia mencoba lagi berbicara dengan ustad dekat rumahnya untuk membujuk orang tuanya agar diizinkan memakai jilbab... hasilnya? Nol besar! Sang ustad juga menolak mentah-mentah. Belum pernah rasanya anak ini dirundung duka seperti itu. Dia merasa betul2 sendirian di dunia ini. Tak ada seorangpun yang mau mendukung keputusannya untuk memakai jilbab.

Akhirnya dia memutuskan untuk menggunakan truf terakhir. Dia berkata pada orang tuanya,"Ayah dan ibu yang saya cintai. Saya tetap akan memakai jilbab ini. Kalau tidak diizinkan juga saya akan bunuh diri."

Sejenak suasana menjadi hening. Ketegangan mencapai puncaknya dalam keluarga itu. Akhirnya sambil menghela napas panjang, si ayah berkata sambil menahan amarah,

"Asep!! Naha ari maneh...ari budak awewe mah heug bae.

Maneh teh pan budak lalaki naha make jeung hayang di jilbab sagala?!!"

Tuesday, June 17, 2008

There’s always two side of a story

Seorang ikhwan, katakanlah namanya fulan. Walaupun berasal dari keluarga yang kurang mampu, dia adalah mahasiswa yang cukup berprestasi, tidak hanya itu, dia juga aktif dalam kegiatan da’wah. Dia kemudian menikah dengan seorang akhwat. Akhwat dari kalangan berada, anak seorang pejabat di pemerintahan.

Orang bilang.. “Alhamdulillah.. rezeki itu namanya..”

Kemudian, demi menjaga wibawa dihadapan mertua, fulan pun bekerja keras. Bisnis ini itu, cari proyek sana sini. Makin lama, bisnisnya makin maju. Aktivitasnya pun makin padat. Prioritas kegiatan mulai bergeser. Mulai banyak “izin” dari aktivitas da’wah nya dulu. Sampai akhirnya, kepada komunitasnya ia meminta izin, “Ana mau break dulu sebentar. Ana ingin membangun perekonomian keluarga. Nanti kalau sudah mapan, insya Allah ana bisa aktif kembali.”

Tidak ada yang mempersilahkan, bahkan sebagian besar teman – teman nya melarang. Namun apa daya, perlahan – lahan dia pun mulai menghilang.

Sekarang, dia sudah cukup mapan. Punya rumah di kawasan elit yang ukurannya lumayan. Bahkan kemana – mana sekarang pake sedan.

Sebagian orang bilang “hebat yah.. masih muda sudah mapan”

Sebagian orang yang lain bilang “dia dulu aktivis da’wah, kenapa sekarang jadi begini…sayang…”

----------------------------------------------------------------------------------

Cerita kehidupan selalu memiliki dua sisi. ada sisi yang baik, ada pula sisi yang buruk. Mana yang baik dan mana yang buruk pun tidak selalu baku. Tergantung kepada persepsi dan sudut pandang masing - masing orang.

Bagaimanapun cerita kehidupan saya, semoga Allah memberikan kekuatan, untuk selalu bisa melihat kebaikannya dengan kacamata iman...

Monday, June 16, 2008

Surat Rektor Universiti Malaya

Assalamualaikum dan salam sejahtera

Kepada anakanda Putera dan Puteri, semoga anakanda Putera dan Puteri berada dalam keadaan sihat sepanjang cuti semester ini.

Untuk makluman kepada Putera dan Puteri sekalian, pihak Pentadbiran Universiti Malaya telah berbincang dalam Mesyuarat Pengurusan dan telah menetapkan mulai semester akan datang (Julai 2008) para pelajar tahun 1 tidak dibenarkan untuk membawa kenderaan sama ada kereta ataupun motosikal di kawasan kampus. Manakala bagi pelajar tahun 2 hanya dibenarkan untuk membawa motosikal sahaja (tidak dibenarkan untuk membawa kereta) di kawasan kampus. Bagi pelajar tahun 3 (tahun ini) masih dibenarkan membawa motosikal atau kereta sendiri di kawasan
kampus.

Mulai sesi 2009/2010 nanti, pelajar tahun 1 dan 2 tidak dibenarkan membawa sebarang jenis kenderaan (motosikal dan kereta), manakala pelajar tahun 3 pula hanya dibenarkan membawa motosikal sahaja. Larangan membawa kenderaan oleh pelajar ini dibuat secara berperingkat supaya anakanda dapat menyesuaikan diri kepada keadaan baru.

Pihak Pengurusan Universiti Malaya menetapkan perkara ini adalah bertujuan untuk mengurangkan jumlah kenderaan di Universiti Malaya yang kian meningkat. Ini juga dapat mengurangkan kes kemalangan jalan raya di kawasan kampus. Yang lebih mulia ialah Mahasiswa UM akan bersama - sama dengan masyarakat dunia dalam mengatasi dan mengurangkan masalah pemanasan global melalui pengurangan pembakaran bahan api dari kenderaan. Ini sealiran dengan kehendak Protokol Kyoto dalam menangani isu tersebut.

Lagipun dalam suasana kenaikan harga bahan api yang meningkat secara mendadak ini, kita seharusnya menukar gaya hidup dengan mengurangkan penggunaan kenderaan persendirian dan bertindak dengan menggunakan pengangkutan awam. Oleh itu, Pihak Pengurusan UM akan menyediakan perkhidmatan bas 'shuttle' secara percuma yang akan bergerak diseluruh kawasan kampus.

Sehubungan dengan itu, ayahanda berharap kepada semua Putera dan Puteri agar mengambil nilai positif dari penetapan ini dan tidak menganggap peraturan ini menghalang dari aktiviti harian anakanda Putera dan Puteri dalam menjalani kehidupan di Universiti Malaya.

Sekian, terima kasih.

Prof. Madya Dr. Azarae Hj Idris
Timbalan Naib Canselor
Hal Ehwal Pelajar dan Alumni
Universiti Malaya

------------

My comments:

Bagus juga buat diterapkan di ITB. abisnya ITB sekarang penuh sesak sama mobil - mobil mahasiswa yang parkir baik di lapangan parkir maupun di sekeliling kampus...

Wednesday, June 11, 2008

cemburu

Dulu sebelum menikah, banyak teman - teman yang bercerita betapa mereka merasa cemburu terhadap pacar, atau pasangan mereka masing - masing. Cemburu itu bisa karena sang pasangan bergaul terlalu dekat dengan lawan jenis yang lain. Atau karena sering berduaan walaupun katanya hanya teman. Atau ada juga yang cemburu karena pasangannya sering sekali sms-an atau telfon-an dengan teman wanitanya yang lain.

Saya sempat berpikir, kalau saya menikah, saya ingin menikah dengan seorang pria yang terjaga dan menjaga dirinya dari hal - hal seperti itu. Dengan begitu saya tidak perlu dihinggapi perasaan cemburu. Walaupun sebenarnya saat itu saya belum tahu persis bagaimana rasanya cemburu. Karena belum pernah punya “pasangan” sebelumnya.

Setelah menikah, Alhamdulillah Allah pertemukan saya dengan seorang pria yang insya Allah terjaga. Jangankan berduaan dengan wanita lain, berbicara di depan umum saja jaraknya tidak lebih dekat dari satu meter. Alhamdulillah juga tidak perlu khawatir suami saya akan bergaul terlalu mesra apalagi pake acara tepuk – tepukan atau senggol – senggolan segala dengan wanita lain.

Tapi, terlepas dari itu semua, ternyata rasa cemburu itu tetap ada. Entah dari mana jalannya, tapi rasa itu hadir juga akhirnya. Awalnya saya butuh waktu beberapa lama untuk memahami apa yang saya rasakan. Sampai akhirnya saya sampai pada kesimpulan, mungkin ini yang dinamakan cemburu. Dan sampai saat ini, masih sedang belajar juga bagaimana seharusnya saya mengatasi rasa cemburu itu.

Apa harus disikapi dengan cemberut kah.. atau berdialog kah.. atau tersenyum kah.. saya masih belum tahu. Karena saya sendiri masih sedang belajar.

Yang jelas, saya berusaha mensyukuri hadirnya rasa itu. Walaupun terasa kurang menyenangkan, tapi setidaknya saya bisa bersyukur karena rasa itu menandakan perasaan cinta dan sayang terhadap karunia indah yang Allah berikan.

Sunday, June 08, 2008

blog dan multiply

Sebenernya pertama kali bikin ID di multiply niat nya cuma iseng aja. Waktu itu lagi cari - cari artikel, dan ada satu artikel bagus yang dipasang di multiply seseorang (ga tau siapa..lupa lagi) tapi yang boleh liat cuma yang udah punya ID multiply. Akhirnya bikin lah ID di mp. Walopun ga pernah diisi karena udah punya blog dan cinta mati ama blog yang lama.

Trus setelah melihat pertarungan sengit antara rela, teh marin ama eming di mp, pingin juga akhirnya ikutan nimbrung.. dipake lah ID ini yang sebenernya udah lamaaaa banget. Liatin mp orang, baca - baca artikelnya, trus liat foto - foto yang di upload, iman ini mulai goyah juga. Kayanya mp rame juga yaaah... tapi kan tulisan2 ku semua ada di blog yang lama ..

Ahaaa.. akhirnya ketemulah jawabannya (setelah hampir seharian melototin mp ) Jawabannya adalah tulisan2 yang ada di blog, sebagian di import ke sini. Jadi ga perlu nulis dua kali..

Nah, begitulah ceritanya.. akhirnya.. ada juga suguhan di mp yang sebelumnya kata rela mirip rumah hantu itu..

Alhamdulillah..alhamdulillah

Begitu banyak karunia yang Allah limpahkan untuk kita, kadang kita sendiri justru lupa mensyukurinya. Pikiran, konsentrasi dan keinginan kita seringkali tertuju pada sesuatu yang kita belum punya, atau yang kita mau tapi kita belum dapatkan.

Lebih dari 2,5 tahun menikah dan belum dikaruniai anak, terus terang bukan hal yang mudah. Komentar, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, dari orang – orang terkadang terasa begitu menyakitkan. Tuntutan, baik yang disampaikan secara halus maupun terang – terangan, terkadang begitu menyesakan dada.

Walaupun begitu, tetap saja sekuat tenaga berusaha untuk banyak – banyak bersyukur. Berusaha mensyukuri nikmat – nikmat Allah yang lain yang, Alhamdulillah, mengalir terus tanpa henti. Mulai dari dukungan yang luar biasa dari orang – orang tercinta, sampai kemudahan – kemudahan yang Allah berikan untuk urusan yang lain.

Belum dikaruniai anak sebenarnya memberikan kesempatan untuk saya belajar dan mengoptimalkan peran di ladang amal yang lain. Karena belum punya anak Alhamdulillah saya bisa:
1. Belajar menjadi istri yang baik. Karena masih diberi kesempatan untuk berdua dengan suami, saling mengenal, berusaha saling memahami dan bersama – sama berusaha tumbuh menjadi individu yang lebih baik.
2. Belajar menjadi menantu yang baik. Menjadi satu – satunya anak yang paling cantik di keluarga mertua sebenarnya juga bukan hal yang mudah. Harus banyak belajar memposisikan diri baik di hadapan mertua maupun di tengah – tengah keluarga besar suami. Belajar menyayangi mertua selayaknya orang tua kita sendiri. Selain itu, Alhamdulillah saya juga menikmati kemanjaan selama satu tahun menjadi satu – satu nya anak perempuan di keluarga mertua (sampai akhirnya hadir menantu baru :D).
3. Belajar menjadi bibi yang baik untuk keponakan – keponakan tercinta. Karena belum punya anak sendiri, Alhamdulillah sering mendapat mandat untuk mengurus ponakan – ponakan. Membantu ummi mengurus teteh salma, sejak pulang dari bidan sampai sekarang udah masuk sekolah. Mengurus si kembar alif-fikri, sejak mereka masih di incubator sampai sekarang udah pada bisa lari – lari. Dan sedikit – sedikit membantu bunda mengurus dede khansa. Semua peranan itu juga memberikan saya banyak kesempatan untuk belajar mempersiapkan diri menjadi ibu suatu hari nanti.
4. Belajar menjadi individu yang lebih baik, sebagai hamba Allah, sebagai kader da’wah dan sebagai part of the society. Mungkin karena belum punya anak, masih punya banyak waktu untuk “mengurusi diri sendiri”. Alhamdulillah masih punya cukup banyak keleluasaan untuk melakukan banyak aktivitas, pergi kesana kemari, belajar banyak hal, dan bertemu banyak orang.

Sekali lagi, memang tidak mudah menjalani semua ini. Para pakar ginekologi mengatakan bahwa usaha dan proses penantian hingga lahir nya seorang anak itu membuat kita menjalani “emotional roller coaster”. Kadang harapan kita membumbung tinggi ketika selesai menjalani sebuah terapi, dan kemudian dihempaskan ke dasar ketika akhirnya harapannya belum terpenuhi.

Buat saya, Alhamdulillah saya berusaha menjaga agar “roller coaster” nya tidak terlalu tinggi. Sehingga ketika harapannya belum terpenuhi, keyakinan kepada takdir Allah dan kasih saying Allah menjaga saya untuk tidak terhempas terlalu jauh ke dasar.

Untuk suami tersayang, ka esa, rela, dan semua sahabat – sahabat tercinta, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua dukungan yang diberikan dalam menjalani proses ini.

Tuesday, June 03, 2008

mendaki


Kita ini sedang mendaki pi..

Memang terasa berat... sulit. Terkadang kita merasa kelelahan...

Tapi suatu saat nanti, ketika kita sudah berada di posisi yang lebih tinggi, kita dapat melihat ke belakang. Menikmati indah nya pemandangan. Menikmati sejuknya udara di ketinggian...

Insya Allah pi.. suatu saat nanti...

Kita hanya perlu bertahan, dan terus berjuang... sampai kita sampai di ketinggian yang kita idam - idamkan..

Monday, June 02, 2008

Cinta Allah

Sebuah untaian do'a terlantun dari seorang teteh tercinta, beliau berdo'a "Semoga Allah mencintai teteh melebihi cinta siapapun di dunia ini"...

Subhanallah.. saya sempat tertegun beberapa saat membaca untaian do'a yang tertulis dimultiply nya. Indah sekali do'a yang terlantun, semoga Allah mencintai kita daripada cinta siapapun di dunia ini.

Pasti kita merasa sangat bahagia, jika kita dilimpahkan cinta dari kedua orang tua kita, saudara - saudara kita. Atau ketika kita dikelilingi cinta dari sahabat - sahabat dekat. Atau ketika kita dimanjakan oleh cinta dari suami/istri kita.

Namun yang lebih membuat kita bahagia, tentulah ketika kita dicinta oleh Allah. Cinta yang perwujudannya aneh tapi menakjubkan. Cinta yang terasa begitu menyentuh dan menguatkan. Cinta yang akan membuat kita merasa cukup. Cinta yang abadi baik di dunia maupun di akhirat.