Daisypath Anniversary tickers

Thursday, December 30, 2004

Surat Terbuka Untuk Ukhti Fillah

Teruntuk semua saudara yang kita dipersatukan Allah karena kecintaan pada-Nya :

Assalamu'alaikum,

Kaifa haluki walmanuki, Ya Mujahidah..
Semoga Allah menjadikan kita, ana dan antuna, tidak termasuk kepada golongan orang - orang yang tertinggal atau ditinggalkan kafilah mulia ini. Dan membiarkan hati yang semakin kuat untuk hanya menyandarkan segala kepentingan dan kebutuhan hanya kepada Allah. Sang Penguasa.

Ya ukhti, cinta ini adalah karena hubungan persaudaraan, hubungan ukhuwah, bahwa kita adalah kader, bahwa kita di jalan Allah, maka ukhuwah dalam da'wah ini tidak ada batasnya. Insya Allah.

Ana uhibbuki fillah..

Wassalamu'alaikum

Momentum Kepahlawanan

Seorang pahlawan tidak selau melakukan karya - karya besar sepanjang hidupnya. Karya - karya besar itu tercipta ketika kematangan pribadinya bertemu dengan peluang sejarah yang ada. Peluang sejarah itu memang tidak menentu kapan datang nya. Bahkan ketika peluang itu datang tapi dia tidak seiring dengan kematangan kepribadian kita, maka karya - karya besar itu pun tidak akan tercipta. Yang dapat kita lakukan adalah menjalani proses menuju kematangan kepribadian kita. Sehingga ketika peluang sejarah itu datang, dia akan bersinergi dengan kematangan pribadi kita dan menghasilkan karya - karya besar.

Kurang lebih seperti itulah kandungan salah satu artikel dari kumpulan tulisannya Anis Matta dalam "Mencari pahlawan Indonesia". Dan itulah yang membuat saya mengerti kenapa tiba - tiba perasaan ini menjadi risau ketika disodorkan sebuah pertanyaan, "Mau jadi relawan ke Aceh ngga ?"

Karena peluang sejarah telah terbentang di depan mata. Tapi sayangnya kematangan pribadi itu belum mencapai titik optimal sebagai sebuah prasyarat untuk menciptakan karya - karya besar. Dalam arti kata.... saat ini saya belum siap.

Ya Allah, kuatkanlah kesabaran ini untuk meniti tangga - tangga menuju kematangan pribadi yang akan memberikan kontribusi besar dalam menorehkan catatan sejarah.

Tuesday, December 21, 2004

Menuai Cinta

Setiap orang pasti pernah merasakan berada dalam jurang yang dalam. Yang semakin hari, dia semakin terpuruk ke dasarnya. Walaupun begitu, dia tetap berusaha merangkak keluar, sambil menggapai tangan - tangan yang terulur.

Salah satu hikmah terbesar dari kondisi ini adalah, kita akan tahu betapa berharganya nilai - nilai ukhuwah..

Walaupun kadang kita merasa sendirian.
Walaupun kadang kita merasa kesepian.
Tapi..
Tangan - tangan yang terulur itu selalu ada..
Kita hanya perlu berbagi duka...maka kita akan menuai cinta.

Ada Banyak Cinta ....

Subhanallah, maha suci Allah yang memberikan kesempatan untuk upi sehingga upi bisa merasakan bagaimana bahagianya ketika banyak cinta untuk upi.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang memberikan kesempatan untuk upi merasakan betapa indahnya hidup dikelilingi orang - orang yang mencintai kita dengan tulus.

Cinta yang lebih agung dari apa yang orang - orang bayangkan. Cinta yang bukan didasarkan kepada keindahan fisik. Cinta yang bukan hanya didasarkan pada ketertarikan hawa nafsu. Cinta yang jauh dari segala sesuatu yang bersifat materialistik.

Cinta yang jika upi ceritakan kepada semua orang bagaimana rasanya dicintai seperti itu, pasti mereka rela menukarkan semua harta yang dimilikinya dengan kesempatan untuk dicintai.

Allahu Yaa Rabbi, izinkan aku terus bersama cinta ini.


Special :
Buat adik2 tersayang...cukuplah Allah dengan balasan-Nya yang terbaik yang akan membalas cinta kalian.

Thursday, December 16, 2004

From Upi with Love

Ada saat - saat dimana saya merasa, berinteraksi dengan kalian adalah suatu beban yang sangat besar. Rasanya selalu ada tuntutan untuk menjadi lebih baik dari kalian. Menjadi lebih tua dan menyandang panggilan "Teh Upi", sepertinya berarti dituntut untuk lebih arif, dewasa, bijaksana, lebih paham, lebih baik amalannya, lebih bisa mengayomi, lebih..lebih..dan lebih….

Padahal, rasanya saya tidak bisa dan mungkin memang tidak pernah bisa seperti itu. Karena semua manusia pasti punya kekurangan. Karena hanya Allah yang tau semua amalan. Karena manusia tidak cukup dinilai dari kulit luarnya saja. Karena menjadi lebih tua bukan berarti lebih dalam segala hal. Dan karena…. "Teh Upi" bukan makhluk yang sempurna.

Tapi..
Di lain sisi, saya banyak belajar dari kalian. Belajar bagaimana menjadi "dewasa", belajar "menyayangi", belajar bagaimana membuka tangan, belajar bagaimana membuka telinga, belajar bagaimana mengahadapi berbagai macam kondisi. Dan belajar sekian banyak hal lagi yang membuat setiap interkasi kita berbuah syukur pada Allah. Bahwa kalian adalah "anugrah terindah" yang pernah saya miliki.

Cukuplah Allah yang tau, betapa saya selalu berharap bahwa Allah akan memberikan yang terbaik untuk kalian. Bahwa Allah akan selalu mengiringi kalian. Dan juga sebaliknya, bahwa kalian akan selalu menghadirkan Allah dalam setiap langkah kaki kalian.

Specially for my beloved sisters :)