Ibu, sebuah tema yang sebenarnya belum pernah mewarnai tulisan – tulisan saya selama ini. Saya bukan tipe anak yang bisa dengan mudah menceritakan segala macam tentang ibunya. Saya bukan tipe anak perempuan yang biasa bercerita, tidur dipangkuan ibunya atau sekedar bermanja dengan nya. Ada banyak hal yang melatarbelakangi ketidakdekatan saya dengan ibu saya. Yang jelas, karena hal ini sudah berlangsung sekian lama, saya tidak lagi merasa bahwa ini sesuatu yang ganjal. Karena saya sudah terbiasa tidak dekat dengan ibu.
Kondisi nya ternyata menjadi berbeda sekali setelah saya menikah. Karena sekarang telah hadir seseorang yang dengan seksama memperhatikan pola hubungan saya dengan ibu saya. Seseorang yang merasa takjub melihat bagaimana seorang anak perempuan tidak dekat dengan ibunya. Walaupun saya dan ibu tidak tinggal satu kota, tapi ibu saya cukup sering pulang ke bandung, dan setiap kali beliau pulang ke bandung, beliau tinggal cukup lama di bandung. Jadi perbedaan jarak yang ada antara saya dan ibu saya sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan utama ketidakdekatan kami. Alhamdulillah sekarang ada yang mengingatkan. Setiap kali saya lalai dalam berbakti kepada ibu, ada yang mengingatkan. Dan seseorang itu pun sekarang justru menjadi jembatan penghubung antara saya dengan ibu saya. Beliau yang sedikit demi sedikit merubah paadigma saya tentang ibu saya, dan beliau pula yang sedikit demi sedikit merekatkan kembali kerenggangan antara ibu dengan anak perempuannya. Segala puji bagi Allah atas karunia ini.
Selain itu, menikah ternyata membuat saya lebih banyak dan lebih serius lagi berpikir tentang peran dan pengorbanan seorang ibu. Mungkin karena sekarang saya dibayang – bayangi kemungkinan bahwa bisa jadi dalam waktu dekat Allah pun membebankan tugas sebagai seorang ibu kepada saya. Saya jadi lebih memahami bahwa memang tidak semua ibu terbiasa membelai lembut kepala anaknya, tidak semua ibu terbiasa mengajak anaknya berbicara dari hati ke hati. Tidak semua ibu terbiasa mengucapkan kata – kata sayang dan mesra untuk anaknya. Tidak semua ibu terbiasa mengekspresikan rasa sayang dan kekhwatirannya. Tapi dibalik semua itu, seorang ibu secara fitrrah pastilah menyimpan sejuta cinta untuk anaknya.
Alasan apapun yang mendasari ketidakdekatan seorang anak dengan ibunya, tetap tidak bisa menghapuskan semua pengorbanan yang telah dilakukan ibu untuk anaknya. Tidak bisa menafikan bahwa surga seorang anak tetap terletak dibawah telapak kaki ibunya. Astaghfirullah … semoga Allah membukakan pintu ampunan untuk kelalaian saya terhadap ibu selama ini. Dan semoga Allah memberkahi ibu dan juga ayah saya, menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi saya.
Specially for starnoegh : you are the star of my life
Kondisi nya ternyata menjadi berbeda sekali setelah saya menikah. Karena sekarang telah hadir seseorang yang dengan seksama memperhatikan pola hubungan saya dengan ibu saya. Seseorang yang merasa takjub melihat bagaimana seorang anak perempuan tidak dekat dengan ibunya. Walaupun saya dan ibu tidak tinggal satu kota, tapi ibu saya cukup sering pulang ke bandung, dan setiap kali beliau pulang ke bandung, beliau tinggal cukup lama di bandung. Jadi perbedaan jarak yang ada antara saya dan ibu saya sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan utama ketidakdekatan kami. Alhamdulillah sekarang ada yang mengingatkan. Setiap kali saya lalai dalam berbakti kepada ibu, ada yang mengingatkan. Dan seseorang itu pun sekarang justru menjadi jembatan penghubung antara saya dengan ibu saya. Beliau yang sedikit demi sedikit merubah paadigma saya tentang ibu saya, dan beliau pula yang sedikit demi sedikit merekatkan kembali kerenggangan antara ibu dengan anak perempuannya. Segala puji bagi Allah atas karunia ini.
Selain itu, menikah ternyata membuat saya lebih banyak dan lebih serius lagi berpikir tentang peran dan pengorbanan seorang ibu. Mungkin karena sekarang saya dibayang – bayangi kemungkinan bahwa bisa jadi dalam waktu dekat Allah pun membebankan tugas sebagai seorang ibu kepada saya. Saya jadi lebih memahami bahwa memang tidak semua ibu terbiasa membelai lembut kepala anaknya, tidak semua ibu terbiasa mengajak anaknya berbicara dari hati ke hati. Tidak semua ibu terbiasa mengucapkan kata – kata sayang dan mesra untuk anaknya. Tidak semua ibu terbiasa mengekspresikan rasa sayang dan kekhwatirannya. Tapi dibalik semua itu, seorang ibu secara fitrrah pastilah menyimpan sejuta cinta untuk anaknya.
Alasan apapun yang mendasari ketidakdekatan seorang anak dengan ibunya, tetap tidak bisa menghapuskan semua pengorbanan yang telah dilakukan ibu untuk anaknya. Tidak bisa menafikan bahwa surga seorang anak tetap terletak dibawah telapak kaki ibunya. Astaghfirullah … semoga Allah membukakan pintu ampunan untuk kelalaian saya terhadap ibu selama ini. Dan semoga Allah memberkahi ibu dan juga ayah saya, menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi saya.
Specially for starnoegh : you are the star of my life
0 comments:
Post a Comment