Alam bawah sadar saya melayang selama beberapa menit setelah saya membaca profil Nelson Tansu, professor termuda di Amerika yang berkebangsaan Indonesia. Pada usia yang sangat muda, 26 tahun, beliau sudah menjadi assistant professor dan juga fisikawan spesialis semikonduktor ternama di negri paman sam itu.
Membaca profil beliau mengingatkan saya tentang mimpi saya. Bukan, bukan impian utk menjadi seorang assistant atau asociate professor, bukan juga mimpi utk menjadi seorang fisikawan ternama. Tapi mimpi utk menjadi seorang yang unggul dalam satu bidang keilmuan. Mimpi utk mengembangkan potensi sedemikian rupa sehingga saya bisa memberi banyak kontribusi utk dunia. Mimpi utk menjadi "seseorang" yang berarti dan tidak sekedar menjadi orang biasa. Mimpi yang mungkin sampai detik ini belum secara optimal diusahakan perwujudannya.
Bila diam salju tak kan menyingkir, tapi bila kapal itu maju, sang salju pun membiarkannya berlalu.
Rasanya saya sedang berada di atas sebuah kapal yang dikelilingi oleh genangan salju. Ada sebuah ketakutan besar untuk melaju. Ketakutan bahwa salju - salju itu akan menghambat laju kapal ini. Bahkan genangan salju itu membuat saya hampir saja kehilangan arah dan membiarkan kapal terombang - ambing di lautan tanpa ada usaha utk mengendalikannya. Padahal kalau saja saya sedikit berusaha, mengambil alih kendali kapal, mengatur strategi dan bergerak maju, maka salju itu pun akan membiarkan kapal ini berlalu.
Saya memiliki banyak mimpi, saya punya banyak keinginan, tapi rasanya sampai saat ini belum ada usaha yang cukup optimal yang saya lakukan untuk mewujudkannya. Saya bahkan tidak yakin langkah besar apa yang harus saya lakukan selanjutnya. Walaupun saya tahu bahwa pintu - pintu kemudahan tidak begitu saja Allah bukakan tanpa ikhtiar yang kita usahakan. Salju - salju penghambat yang ada di sekeliling saya tidak akan begitu saja menghilang jika saya tidak berusaha melangkah maju dan menyingkirkannya. Tapi tetap saja, saya masih terdiam ........
Bila diam salju tak kan menyingkir, tapi bila kapal itu maju, sang salju pun membiarkannya berlalu.
Wednesday, June 01, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment