Untuk kesekian kalinya saya diminta mengisi sebuah acara ta'lim, dan untuk kesekian kalinya pula ada perasaan yang sangat berat, seolah ada awan yang memayungi dan membuat segala sesuatu nya terasa kelam. Ini disebabkan karena tuntutan untuk menjadi orang pertama yang mengamalkan apa yang disampaikan. Semakin banyak yang disampaikan, semakin banyak pula beban kewajiban yang harus ditunaikan.
Dan siang ini, saya diminta menyampaikan serba - serbi seputar ukhuwah. Astaghfirullah .. berat sekali rasanya. Apalagi ketika panitia menyampaikan bahwa judul kajian nya adalah "Nikmatnya cinta dalam ukhuwah islamiyah". Masya Allah, bagaimana caranya menyampaikan sesuatu yang sebenarnya sangat abstrak, menurut saya. Tapi ya sudahlah, luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar. Akhirnya saya bersedia untuk mengisi acara tersebut.
Di sela - sela persiapan bahan - bahan dan materi yang akan disampaikan, tiba - tiba saya seolah teringatkan. "Nikmatnya cinta dalam ukhuwah Islamiyah", saya mungkin belum sempurna dalam menunaikan kewajiban ukhuwah saya, tapi sebenarnya sudah banyak hak ukhuwah yang saya terima yang itu mengingatkan saya bahwa selama ini pun, limpahan nikmat dalam rangkaian ukhuwah itu sudah banyak saya alami.
Dan subhanallah, ketika tiba saatnya saya harus menyampaikan materi, ternyata diantara wajah orang - orang yang ada dihadapan saya, terdapat wajah seseorang yang sangat istimewa yang selama ini telah mendampingi saya. Wajah seseorang yang seharusnya beliau bukan bagian dari peserta acara itu, tapi beliau ada di sana. Seolah Allah benar - benar ingin mengingatkan bahwa beliau adalah bagian dari nikmat ukhuwah yang harus saya syukuri.
Wajah yang tanpa harus berkata apa - apa, tapi menyelipkan rasa bahagia setiap kali saya melihatnya. Wajah seseorang yang senantiasa mendengarkan semua keluh kesah saya. Seolah saya benar - benar bisa bermanja dihadapannya. Menjadi diri sendiri bahkan dalam tampilan yang paling lemah sekalipun. Pun ketika keluh kesah itu berusaha ditutup rapat - rapat, beliau cukup hadir dengan sebuah pertanyaan sederhana, "kenapa ?", dan akhirnya mengalirlah semua yang menyesakan dada dan berputar - putar di kepala. Wajah seseorang yang menjadi alasan betapa saya harus terus bersyukur karena Allah mempertemukan saya dengan beliau.
"Nikmatnya cinta dalam ukhuwah Islamiyah", tidak bisa .. rasanya saya tidak mampu menceritakannya. Perasaan ini begitu indah sehingga seseorang harus merasakan nya sendiri untuk bisa memahami kenikmatannya. Kenikmatan yang membuatnya merasa beruntung, seperti yang saya rasakan sekarang.
Dan siang ini, saya diminta menyampaikan serba - serbi seputar ukhuwah. Astaghfirullah .. berat sekali rasanya. Apalagi ketika panitia menyampaikan bahwa judul kajian nya adalah "Nikmatnya cinta dalam ukhuwah islamiyah". Masya Allah, bagaimana caranya menyampaikan sesuatu yang sebenarnya sangat abstrak, menurut saya. Tapi ya sudahlah, luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar. Akhirnya saya bersedia untuk mengisi acara tersebut.
Di sela - sela persiapan bahan - bahan dan materi yang akan disampaikan, tiba - tiba saya seolah teringatkan. "Nikmatnya cinta dalam ukhuwah Islamiyah", saya mungkin belum sempurna dalam menunaikan kewajiban ukhuwah saya, tapi sebenarnya sudah banyak hak ukhuwah yang saya terima yang itu mengingatkan saya bahwa selama ini pun, limpahan nikmat dalam rangkaian ukhuwah itu sudah banyak saya alami.
Dan subhanallah, ketika tiba saatnya saya harus menyampaikan materi, ternyata diantara wajah orang - orang yang ada dihadapan saya, terdapat wajah seseorang yang sangat istimewa yang selama ini telah mendampingi saya. Wajah seseorang yang seharusnya beliau bukan bagian dari peserta acara itu, tapi beliau ada di sana. Seolah Allah benar - benar ingin mengingatkan bahwa beliau adalah bagian dari nikmat ukhuwah yang harus saya syukuri.
Wajah yang tanpa harus berkata apa - apa, tapi menyelipkan rasa bahagia setiap kali saya melihatnya. Wajah seseorang yang senantiasa mendengarkan semua keluh kesah saya. Seolah saya benar - benar bisa bermanja dihadapannya. Menjadi diri sendiri bahkan dalam tampilan yang paling lemah sekalipun. Pun ketika keluh kesah itu berusaha ditutup rapat - rapat, beliau cukup hadir dengan sebuah pertanyaan sederhana, "kenapa ?", dan akhirnya mengalirlah semua yang menyesakan dada dan berputar - putar di kepala. Wajah seseorang yang menjadi alasan betapa saya harus terus bersyukur karena Allah mempertemukan saya dengan beliau.
"Nikmatnya cinta dalam ukhuwah Islamiyah", tidak bisa .. rasanya saya tidak mampu menceritakannya. Perasaan ini begitu indah sehingga seseorang harus merasakan nya sendiri untuk bisa memahami kenikmatannya. Kenikmatan yang membuatnya merasa beruntung, seperti yang saya rasakan sekarang.
ana uhibukifillah ukhti ..
0 comments:
Post a Comment