Daisypath Anniversary tickers

Monday, November 14, 2005

Sebelum Mengambil Keputusan Besar Itu

Sulit dijelaskan memang, bagaimana 2 halaman data pribadi dan potongan - potongan informasi tentang seseorang bisa membuat saya merasa begitu mantap mengambil keputusan untuk menikah. Dan saya juga tidak punya jawaban atas pertanyaan apa yang membuat saya berani mengambil keputusan untuk menikah dengan seseorang yang wajahnya bahkan namanya pun tidak pernah terekam dalam ingatan saya.

Menikah dalam waktu hanya berselang 35 hari dari pertemuan pertama memang merupakan sesuatu yang tidak mudah dimengerti oleh orang pada umumnya. Dan bohong besar kalau saya bilang bahwa tidak pernah ada rasa takut atau ragu - ragu. Perasaan takut atau ragu - ragu rasanya sesuatu yang sangat manusiawi. Tapi ketika kita berusaha mengikhlaskan segala sesuatunya hanya dalam rangka keta'atan kepada Allah maka jalan terbaik itu pasti akan dibukakan oleh Allah.

Di awal, banyak hal yang menjadi pertanyaan besar sebelum saya memutuskan untuk menikah. Mulai dari latar belakang keluarga saya dan keluarga calon suami yang berbeda yang bisa mempersulit proses adaptasi, kemudian masalah penghasilan, sampai kepada kriteria fisik yang ideal. Dan menurut saya itu pertanyaan atau keragu - raguan yang wajar dan manusiawi, bukan sebuah aib. Tapi pada akhirnya semua pertanyaan itu menjadi tidak penting ketika kita berpegang pada prinsip yang substansial. Semua menjadi tidak penting ketika kita meyakini bahwa ketika kita menikahi seseorang karena keridhoan kita terhadap akhlaq dan agamanya, maka hadiah terbaik dari Allah adalah kelapangan, ketenangan dan balasan surga. Dan akhirnya ... keputusan besar itu pun diambil.

Teruntuk semua orang yang masih bersabar menunggu, yakinlah bahwa bersabar itu tidak akah pernah lama. Dan buah kesabaran dari penantian sampai akhirnya Allah mempertemukan kita dengan seseorang yang terbaik untuk kita, itu adalah buah kesabaran yang nilainya jauh lebih baik dari jerih payah kita dalam bersabar itu sendiri.

Terlalu dini untuk mengatakan bahwa pernikahan saya akan selalu bahagia, karena usianya baru 2 hari saja, tapi ada kebahagiaan tersendiri ketika mendengar suami berkata "you may not be the perfect one of all, but I belive that you are the best one for me". Dan kalimat seperti itu hanya akan keluar dari pasangan hidup yang memahami bahwa jalan apapun yang Allah bukakan, selama kita mengikhlaskan niat, maka yang terbaiklah yang Allah beri.

2 comments:

Yentri Marchelino said...

Bener buanget tuh, Teh.. Emang pasangan kita adalah yang terbaik untuk kita, walaupun mungkin bukan yang terbaik untuk yang lain. Karena kita saling melengkapi bukan? Subhanallah... Teh, banyak2 kasih yentri tausiyah ya..

alitop said...

Wah2 ini baru tobh :)
Kadang mencari teman sejiwa memang sulit tetapi ketika ia datang pasti ialah yg terbaik untuk kita karena dia adalah bagian dari diri ini..

Kapankah akhir dari sebuah pencarian?