Daisypath Anniversary tickers

Monday, May 02, 2005

-- klasik --

Pepatah mengatakan bahwa keledai saja tidak akan terperosok ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Lalu mengapa manusia seringkali membuat kesalahan yang sama ? Kesalahan yang sama yang pernah dilakukan beberapa waktu sebelumnya. Atau kesalahan yang sama yang pernah dilakukan oleh generasi sebelumnya.

Hari ini kita mengenal sebuah definisi “klasik” untuk sebuah masalah Begitu seringnya sebuah kesalahan atau suatu permasalahan yang sama dialami oleh orang – orang yang bergerak di sebuah wilayah yang sama pula. Dalam konteks da’wah pun kita mengenal istilah “masalah klasik” ini. Masalah yang rasanya selalu hadir dimanapun fase da’wah ini berada. Masalah yang sama yang selalu dialami oleh orang – orang yang bergerak di medan da’wah baik hari ini, kemarin, bahkan hari – hari yang akan datang jika saja orang – orang ini tidak segera menemukan solusinya.

Apakah kita terlalu angkuh untuk menoleh kebelakang dan mengambil pelajaran ? Ataukah mungkin mata hati kita dan juga pemahaman kita terlalu sempit untuk mengambil pelajaran dari orang – orang terdahulu yang sudah Allah pampangkan di dalam kitab suci-Nya? Mungkin juga sebenarnya penyebab hal ini sangat sederhana. Tidak adanya komunikasi atau interaksi baik dengan diri kita sendiri maupun dengan generasi terdahulu sehingga kita bisa mengambil pelajaran dari nya.

Jarang sekali kita berkomunikasi dengan diri kita, berkontemplasi, menghisab diri dan meminta fatwa pada hati kita sendiri. Sehingga, baik disadari maupun tidak, kita sering kali mengulangi kesalahan – kesalahan yang pernah kita lakukan dan kita terjebak pada masalah klasik. Padahal jika komunikasi itu terpelihara, maka hati kita pasti akan mencegah kita dari terperosok ke dalam lubang yang sama melalui fatwanya. Kontemplasi akan menuntun pikiran kita untuk menghindari kesalahan yang sama. Dan hisab diri akan membuat keimanan kita menuntun kita untuk selalu berbuat lebih baik hari ini dibandingkan dengan kemarin.

Kita juga kurang memelihara komunikasi kita dengan generasi terdahulu. Memprioritaskan energi dan pikiran kita untuk mempelajari perjalanan panjang yang telah dilalui oleh Para Nabi dan Salafus shalih. Dan meluangkan waktu kita untuk bertanya, baik secara langsung maupun tidak, kepada orang – orang yang sudah terlebih dahulu mengayunkan langkah nya di jalan ini.

Kalau saja ini semua dapat dilaksanakan dengan optimal, tentulah langkah – langkah kaki kita akan mengayun lebih cepat di atas jalan da’wah dan tidak melulu disibukan dengan usaha untuk mengeluarkan diri dari lubang yang sama yang pernah membuat orang – orang sebelum kita terperosok.

Wallahua’lam bish shawab

0 comments: