Daisypath Anniversary tickers

Wednesday, August 06, 2008

nostalgia ..

Tulisan ini sebenernya saya tulis sekitar 4 tahun yang lalu kalau ga salah.. Ini diambil dari arsip pribadi jaman baheula. Setelah menulis tulisan sebelumnya, entah kenapa jadi kangen dengan masa - masa kuliah dulu. Terutama kangen dengan temen - temen seperjuangan, kangen dengan nuansa - nuansa da'wah di kampus. Kangen dengan kajian di selasar IF lantai 2 yang pematerinya pasti deh.. teh marin (langganan.. ). Kangen dengan dauroh - dauroh, demo - demo, taujih - taujih, pokonya kangen semua nya... Semoga tulisan ini bisa kembali mengingatkan untuk tidak terjebak dalam nuansa masa lalu dan bisa terus bergerak, berbuat, dimana pun, dalam kondisi apapun.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dunia kampus memang dunia yang menyenangkan. Tempat dimana kita dibina, dibekali, dan tempat dimana terjadinya proses pembentukan kepribadian, pemahaman serta pola pikir kita. Dunia pertengahan dimana kita mengurangi jiwa kekanak - kanakan kita di masa sekolah dulu dan membentuk kedewasaan pola pikir serta sikap kita. Kita bisa berekspresi sebebas yang kita mau. Kita bisa melenggang dengan semua idealitas yang kita pahami. Kita bahkan boleh salah tanpa ada yang menghakimi. Karena kita sedang "belajar".

Lain hal nya dengan dunia pasca kampus. Dunia diluar batas - batas yang memagari tempat kita belajar. Dunia dimana kita menghadapi realita hidup yang selama ini jarang kita temui karena keasyikan kita bermain - main di dunia maya yang penuh idealita. Disini kita ditanya, "siapa kamu dan siapa saya ?" Disini kita ditanya, apa yang kita bisa. Di dunia yang baru inilah diuji semua pemahaman kita. Melunturkah pemahaman kita ? Menurunkah semangat kita dalam menegakan apa yang kita pahami ? Meleburkah kita dengan lingkungan yang justru bertentangan dengan idealita yang kita pegang selama ini? Semua akan dibuktikan disini.

Akan ada banyak kejutan - kejutan yang kita temui di dunia ini. Saya sendiri merasa terkejut melihat betapa asingnya saya di lingkungan yang baru ini. Betapa anehnya orang melihat jilbab saya yang terurai dan gaya busana saya yang sangat berbeda dengan yang lain. Betapa bingung nya mereka melihat saya yang tidak mau bersentuhan dengan lawan jenis dan menolak tawaran untuk pulang berdua dalam satu kendaraan yang sama. Saya tidak pernah membayangkan bahwa akan ada seorang pria yang berani menepuk bahu saya padahal saya merasa sudah cukup tegas dalam menentukan batas. Dunia baru ini memang menyimpan begitu banyak kejutan.

Mereka - mereka yang telah mempersiapkan diri dengan prima, mungkin akan bertahan dalam keistiqomahannya. Mereka - mereka yang selalu menghadirkan Allah dalam setiap langkah kaki dan pandangan nya, akan selalu berada dalam naungan-Nya. Mereka - mereka yang menghabiskan waktu untuk bernostalgia dan mengenang masa - masa indah semasa di kampus serta berharap agar segala sesuatunya kembali seperti dulu, tentulah akan terlindas oleh berputarnya zaman, dan tertinggal dari barisan kafilah mulia yang selalu berusaha agar hari ini lebih baik dari kemarin walau apapun resikonya. Mereka - mereka yang menyerah pada keadaan, berpasrah pada kelemahan diri, tentulah lambat laun akan melarut dalam kubangan hitam kehinaan.

Semua terserah kepada kita, termasuk kedalam golongan yang mana kah kita ?

Sisi lain yang juga merupakan konsekuensi dari terlepasnya kita dari dunia kampus adalah tuntutan untuk kembali memposisikan diri dalam desain besar da’wah ini. Karena setelah lulus dari kuliah, kita bukan lagi aktivis da’wah kampus dengan segala hak dan kewajibannya. Kita dituntut untuk meninggalkan pos kita yang lama demi membuka ruang bergerak bagi adik – adik kita para generasi baru dan demi mengisi atau menciptakan pos – pos da’wah yang lain.. Mungkin inilah yang cukup sulit dilakukan. Orang bilang, selepasnya dari kampus, para aktivis da’wah rentan terkena post power syndrom. Sebuah kondisi ketika kita dituntut untuk melepaskan dunia yang lama tapi kita belum sepenuhnya menemukan tempat di dunia yang baru.

Saya sendiri tidak bisa menghindarkan rasa kangen untuk kembali “turun ke jalan”, atau untuk kembali memenuhi koridor – koridor di sekitar masjid Salman, tempat dimana dulu orang lebih mudah menemukan saya ketimbang mencari di sekitar kampus. Tapi tetapi harus diakui bahwa tempat – tempat itu harus kita “tinggalkan”, kita harus memberi kesempatan bagi generasi yang baru untuk mengisi pos – pos da’wah yang pernah membuat hidup kita lebih “hidup”. Tempat kita bukan lagi di situ.

Suka atau tidak, kita sekarang dituntut untuk memenuhi pos da’wah yang lain, atau bahkan menciptakan pos da’wah yang baru. Biarkan adik – adik kita turun ke jalan, sementara kita duduk di ruang rapat tempat kita merintis da’wah profesi kita. Biarkan adik – adik kita memenuhi koridor yang penuh kenangan itu, sementara kita berusaha mengajak orang – orang berdasi di sekitar kita untuk memenuhi mesjid. Biarkan adik – adik kita yang berhadapan dengan barikade polisi pengawal patroli, sementara kita berhadapan langsung dengan masyarakat luas, dengan segala macam karakteristik dan permasalahannya. Biarkan adik – adik kita yang mengisi pos – pos da’wah yang pernah kita tempati dulu, sementara kita disini berusaha mengisi kekosongan pos da’wah yang lain.

Da’wah ini masih butuh para profesional yang tidak hanya bekerja mencari uang, tapi juga bekerja mensejahterakan ummat. Da’wah ini masih butuh orang – orang berdasi yang pantang untuk korupsi. Da’wah ini masih butuh para professor – professor yang akan mengantarkan ummat untuk meraih kembali izzah Islam nya. Da’wah ini masih butuh para ekonom yang tidak hanya membuat orang kenyang mendapat makan, tapi juga membuat orang miskin menjadi kenyang.

Masih banyak yang harus kita lakukan. Ucapkan selamat tinggal pada dunia da’wah kampus yang dulu, kalau lah kita harus kembali, bukan kembali untuk mengisi tempat yang sama seperti dulu. Jangan biarkan diri kita terus dibuai oleh kenangan masa lalu. Bergeraklah, memposisikan diri kita dengan peran kita yang baru dalam grand design da’wah ini. Jangan biarkan roda da’wah ini berputar tanpa kita ikut berputar bersamanya.

Saya bukan orang yang sukses di dunia nyata pasca kampus. Mungkin belum. Tapi saya selalu berharap bahwa izzah sebagai seorang muslim itu akan tetap tertanam dalam benak saya. Bahwa janji nahnu du'at qobla kulli syai'i itu akan tetap tertunaikan. Semoga Allah memberikan kemudahan.

0 comments: