Daisypath Anniversary tickers

Monday, March 21, 2005

Ruhani Yang Ringkih

"Teh, saya pingin kaya dulu lagi. Kayanya saya dulu lebih baik dari ini"
"Minggu ini lagi ngga beres nih, minta tausiyahnya doong !!"
"Mungkin karena lagi banyak kerjaan, jadinya semua amalan yaumiyan nya ngga ada yang memenuhi target "
"Kayanya semua orang sibuk dengan urusannya masing - masing, saya ngga lagi merasakan yang namanya indahnya berukhuwah"

-----------------------------------------------------------

Ironis memang, bahwa terkadang konsekuensi dari meningkatnya kuantitas adalah menurunnya kualitas. Bahwa ketika jumlah jama'ah da'wah ini bertambah, kualitas kader - kadernya justru cenderung berkurang.

Adalah sebuah hal yang sangat alami ketika iman ini ada saat - saatnya menurun, dan semangat ini ada pasang surut nya. Manusia memang diciptakan berbeda dengan malaikat yang sama sekali tidak pernah terpikir untuk menentang perintah Allah. Tapi manusia juga bukan iblis yang ditakdirkan untuk menghuni neraka-Nya. Karena ketika keimanan itu menurun, Allah memberikan jalan untuk memulihkannya kembali. Ketika semangat itu surut, Allah menuntun kita untuk bergairah kembali. Sayangnya, tidak semua kita bisa merasakan penurunan itu. Komentar dari sahabat - sahabat saya di atas lebih saya sukai ketimbang menyaksikan mereka mengalami kondisi keimanan yang "terjun bebas" tanpa mereka sadari. Menjadi bagian dari orang - orang yang tidak mewaspadai kemunduran itu.

Ada beberapa ciri yang menandai kemunduran atau penurunan keimanan seseorang :
  1. Merasakan hati yang keras seperti batu. Ini adalah hal yang mungkin dirasakan oleh seseorang. Ketika hatinya begitu sulit untuk "disentuh". Ketika matanya begitu sulit untuk menangis. Ketika dia merasakan hati nya begitu keras, bahkan lebih keras dari batu sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu ayat al-Qur'an. Bahkan ayat - ayat al-Qur'an pun meluncur begitu saja dari lisannya tanpa bekas yang berarti dalam hatinya.
  2. Mulai menjauh dari orang - orang sholeh. Ini adalah salah satu ciri yang beberapa kali saya lihat sendiri dari teman - teman yang terasa mulai mengalami penurunan. Mereka cenderung untuk menyendiri. Menghindari diri dari bergaul dengan orang - orang yang berusaha istiqomah dalam aktivitas da'wah. Dan ini juga yang harus diwaspadai oleh diri kita sendiri. Ketika frekuensi kita untuk berkumpul dengan orang - orang sholeh mulai menurun, mungkin karena kesibukan kita dalam aktivitas keseharian kita, maka pada saat yang sama, shibgoh itu pun berkurang. Nuansa - nuansa keimanan yang kita rasakan ketika berkumpul dengan mereka pun berkurang. Dan yang paling berbahaya adalah ketika kita merasa "tidak layak" lagi untuk berkumpul dengan mereka, atau ketika kita merasa mereka "meninggalkan" kita dan akhirnya kita memutuskan untuk sendiri atau mencari dunia sendiri. Saya masih ingat sekali ketika suatu hari salah seorang teman saya berkata, "Sekarang, saya lebih suka berkumpul dengan orang - orang biasa. Walaupun mereka bukan para aktivis da'wah, tapi saya merasa lebih nyaman bersama mereka." Itu adalah hari yang sama ketika saya mulai kehilangan beliau di forum - forum yang membicarakan masalah umat, atau di tempat - tempat yang biasa kita sebut dengan "markas da'wah". Semoga Allah membukakan kembali pintu hatinya dan mengembalikan lagi apa yang telah hilang.
  3. Ciri lain dari menurunnya imunitas keimanan kita adalah ketika kita menjadi orang yang "over sensitive". Stabilitas emosi kita mudah sekali terusik oleh hal yang bahkan sangat sepele. Kita menjadi orang yang mungkin mudah marah dan naik temperamennya. Mudah menangis, mudah tertawa tapi juga mudah bersedih. Dan juga cenderung "menyalahkan" orang lain, untuk ke-tidak-enak-an yang dialaminya. Misalnya ketika di pagi hari dia terjebak kemacetan, maka dengan mudah dia menyalahkan orang - orang yang tidak tertib atau mengeluh karena keadaan itu. Dalam konteks da'wah mungkin lebih terlihat pada kasus orang - orang yang mudah sekali "menuntut" terhadap saudaranya yang lain maupun terhadap jama'ah da'wah itu sendiri. Ketika kita tidak merasa nyaman berkumpul dengan saudara - saudara sesama aktivis da'wah, maka kita "menuntut" hak ukhuwah agar saudara - saudara kita itu mau memperhatikan dan memahami kita. Ketika kita merasa malas beraktivitas da'wah, kita menuntut untuk diingatkan. Ketika ada kekurang dalam jam'ah da'wah ini, kita mudah sekali menyalahkan.

Bahwa keimanan itu menaik dan menurun, itu adalah suatu hal yang wajar. Bahwa kita memang mebutuhkan sebuah kondisi dimana kita saling mengingatkan dan memberi, hal itu memang diwajibkan dalam Al-Qur'an. Tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa faktor terbesar dalam sebuah proses perubahan ada dalam diri kita sendiri.

Beban da'wah ini sudah sangat berat, kita sebagai orang - orang yang meng-azzamkan diri sebagai kader da'wah seharusnya memberikan kontribusi untuk meringankan beban tersebut. Dan bukannya menambah rumit persoalan dengan masalah - masalah "pribadi" kita. Roda da'wah akan terus berputar, dia tidak akan menunggu kita untuk turut berputar bersamanya. Jika kita tertinggal maka orang - orang yang lebih baik telah Allah janjikan untuk menggantikan posisi kita. Ayo ukhti, jangan mau tergantikan dari barisan mulia ini !!

Wallahua'lam bish shawab

Inspired by :

Curhat teman - teman dan majalah Saksi edisi kedua Maret 2005 (kalo ga salah)

0 comments: